Cerita Mayat Bergelimpangan di Glodok
- Wikipedia
Kemudian Phoa Beng Gam diganti Ni Hoe jadi kapiten (1736-1743). Saat itu timbul pemberontakan China yang amat hebat di Batavia, yang berpusat di Glodok. Pemberontakan Cina ini memang dapat ditumpas VOC. Tapi harus dibayar mahal. Sekitar 5.000 sampai 10 ribu Tionghoa yang tidak mau kehormatannya dihina VOC mati ketika mengadakan perlawanan. Konon, kala itu mayat-mayat bergelimpangan di Glodok.
Kejadian itu memicu perlawanan salah satu pemimpin Kapitan Tionghoa melawan pasukan VOC adalah Souw Phan Ciang alias Khe Panjang atau Kapitan Sepanjang. Dia menjadi panglima besar dalam Perang Sepanjang di Batavia, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur pada 1740-1743. Selama tiga tahun Kapitan Sepanjang berkolaborasi dengan pasukan Mataram (Jawa) dan Madura untuk berperang melawan tentara VOC.
Perlawanan warga Tionghoa terhadap kompeni di Batavia, meletus ketika tentara VOC menangkap warga Tionghoa, sekitar 100 orang Tionghoa di Bekasi dan Tanjung Priok. Pihak Tionghoa melawan dengan menyerang penjara untuk membebaskan kawan-kawannya. Pemimpinnya tak lain Kapiten Sepanjang.
Para petinggi VOC pun panik. Rumah-rumah warga Tionghoa pun digeledah. Karena tak berhasil menemukan pemberontak, VOC mulai melakukan pembantaian massal warga Tionghoa di Jakarta. Represi VOC ini tak ayal membangkitkan perlawanan semua warga Tionghoa di Jawa.
Perlawanan hebat kaum Tionghoa ini terus bergeser hingga ke Jawa Tengah. Pasukan Tionghoa yang bekerja sama dengan pasukan Mataram kemudian berperang habis-habisan melawan Belanda. Bahkan, mereka dibantu pasukan Cakraningrat IV dari Madura. Meski akhirnya kalah, pasukan Tionghoa-Jawa-Madura ini sempat membuat VOC kocar-kacir. “Kapiten Sepanjang ‘menghilang’ ke Bali dan baru diketahui keberadaannya pada 1758,” terang Alwi.