Kisah Batu Bata Bertuah dari Karawang (2)
- VIVA.co.id/Dody Handoko
Masing-masing nama candi tersebut memiliki kisah tersendiri. Candi Jiwa, misalnya diberikan penduduk setempat, karena konon setiap mereka menambatkan kambing gembalaannya di atas reruntuhan candi tersebut, ternak tersebut mati. (Baca: )
“Lama-lama warga desa curiga, ada apa dengan tanah itu? Mereka pun tidak berani lagi menambatkan kambing di sana,” tutur Nasri Supriyadi, petugas pemelihara candi.
Sedangkan nama Blandongan diambil dari dialek setempat yang identik dengan pendopo, dikarenakan lokasi candi tersebut sering dijadikan tempat istirahat seusai menggembalakan ternak.
Di komplek percandian, situs Batujaya terselip sebuah cerita misteri bahwa ada peraturan tak tertulis bahwa pengunjung dilarang membawa pulang batu-batuan candi. Namun, ada beberapa orang yang tidak mengindahkan dengan membawa pulang beberapa buah batu candi untuk dijadikan sebagai jimat, pelaris, atau sarana untuk memajukan usahanya.
Beberapa hari kemudian, pengunjung tersebut kembali lagi ke lokasi candi untuk mengembalikan batu yang mereka ambil, lantaran tidak tahan menghadapi 'gangguan-gangguan' yang menghantuinya.
“Kabarnya setiap malam, orang tersebut mimpi didatangi mahkluk tinggi besar yang minta batu batanya dikembalikan ke candi,” katanya.
***
Cerita lain, ada seorang lurah diberitakan mati mendadak dalam mobil yang dikendarainya sepulang dari candi. Setelah dicek, bagasi mobilnya terdapat sekarung batu bata yang diambilnya dari kompleks percandian itu.
Selain cerita itu, ada misteri lain yang belum terungkap. Pada Candi Jiwa tidak ditemukan pintu masuk ke bagian tengah candi. Susunan batu bata yang berbentuk gelombang pada bagian atasnya diperkirakan merupakan bagian dari relief bunga teratai.
“Dugaan awal pada bagian atas Candi Jiwa ini terdapat patung Budha berukuran besar yang duduk di atas bunga teratai,” katanya.
Hasil penelitian terhadap Candi Blandongan, menyimpulkan bahwa candi ini merupakan candi utama dari kompleks situs Batu Jaya. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan ukuran candi dan adanya pintu masuk pada keempat sisi candi, dengan masing-masing sisi tersebut terletak di sudut Tenggara, Barat Daya, Timur Laut, dan Barat Laut dari mata angin.
Pintu-pintu tersebut, diperkirakan merupakan akses masuk ke bagian tengah candi untuk melakukan upacara keagamaan atau meletakkan sesaji. Habis. (asp)
[/vivamore]