Kisah Beda Si Pitung 7: Jurus Cingkrik dan Monyet
- VIVA.co.id/Dody Handoko
Namun para sesepuh maen pukulan Rawa Belong meragukan bahwa Cingkrik merupakan keahlian Si Pitung, sekali pun Pitung dilahirkan dan dibesarkan di sana.
Bachtiar, pendekar Silat Cingkrik Rawa Belong berargumen, bahwa masa Si Pitung jauh mendahului masa lahirnya maen pukulan Cingkrik di Rawa Belong. Cingkrik diperkirakan baru diciptakan pada awal abad ke XX oleh Ki Maing.
“Hal ini dapat ditelusuri dari skema generasi terbawah di silsilah Cingkrik Rawa Belong, yang orang-orangnya masih ada mengajar Cingkrik sampai saat ini,” kata ketua Sanggar Pitung ini.
Dia menjelaskan, Silat Cingkrik ini tidak sengaja ditemukan oleh seorang petani yang bernama Ki Maing tahun 1817an. Waktu itu ia tidak sengaja memperhatikan gerakan monyet yang dipelihara oleh tetangganya bernama Nyi Nasare. Ia sangat tertarik dengan gerakan monyet yang dapat menghindar ketika dipukul dengan tongkat kayu.
Bahkan monyet itu bisa merebut tongkat yang dipegang Ki Maing. Dari gerakan monyet itulah ia menciptakan jurus yang sangat sederhana. Kata cingkrik bersal dari kata jingkrak jingkrik yang diilhami dari gerakan monyet itu.
Setelah merasa menguasai maen pukulan Cingkrik yang diinspirasikan dari gerakan kera milik Nyi Saereh tadi, Ki Maing memutuskan untuk kembali ke padepokannya. Untuk menguji sampai kehebatan jurus-jurus barunya itu, Ki Maing menjajal satu persatu teman seperguruannya. Hasilnya tidak satupun teman seperguruannya berhasil mengalahkannya.
Pada akhirnya guru Ki Maing pun turut serta menjajal kehebatan jurus baru muridnya itu, namun kenyataan yang dialami oleh teman-teman seperguruan Ki Maing, dialami pula oleh gurunya. Gemparlah seluruh padepokan itu dan sang guru juga mengakui kehebatan jurus barunya Ki Maing itu.
Sekembalinya ke Rawa Belong, Ki Maing menyebarluaskannya dengan menularkan jurus barunya itu kepada jawara-jawara Rawa Belong. Saat itu mulai dikenal nama maen pukulan Cingkrik karena sebelumnya orang Rawa Belong hanya mengenal Cingkrik dengan sebutan maen pukulan.
Dari Ki Maing diturunkan kepada tiga orang muridnya, yaitu Ki Saari, Ki Ajid, dan Ki Ali. Kemudian ia mempunayi 3 murid yaitu Ki Ali, Ki Ajit dan Ki Syarie. Para murid ini melihat jurus yang diajarkan Ki Maing begitu sederhana, sehingga kemudian mereka menambah gerakan untuk memperkaya jurus tersebut.
Ki Ali mempunyai murid bernama Ki Sinan dan Ki Goning. Ki Ajit mempunyai murid bernama Ki Ayat dan Uming. Ki Syarie mempunyai murid bernama Ki Wahab.
Cerita sebelumnya:
Bersambung ...
Kami akan mengulas kisah Si Pitung yang berbeda dengan yang lain dalam beberapa tulisan. Tulisan akan terbit setiap pagi. Nantikan tulisan-tulisan selanjutnya.