Misteri Ramalan Nasib di Klenteng Tua Tanjung Kait
Sabtu, 21 Maret 2015 - 04:07 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
- Klenteng Tanjung Kait adalah salah satu obyek wisata sejarah yang terletak di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Klenteng yang dibangun pada tahun 1792 ini juga disebut sebagai Klenteng Tjoe Soe Kong.
Klenteng Tjoe Soe Kong terletak di pinggir Pantai Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Mauk, Kabupaten Tangerang. Ini merupakan salah satu klenteng tertua di Kota Tangerang. Klenteng Tjoe Soe Kong menjadi awal pusat komunitas masyarakat Tionghoa di Mauk.
Baca Juga :
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
Baca Juga :
Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI
Klenteng Tjoe Soe Kong terletak di pinggir Pantai Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Mauk, Kabupaten Tangerang. Ini merupakan salah satu klenteng tertua di Kota Tangerang. Klenteng Tjoe Soe Kong menjadi awal pusat komunitas masyarakat Tionghoa di Mauk.
Sejak 1960 banyak orang yang datang untuk sembahyang dan berdoa ke klenteng ini, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tapi, pamornya kembali meredup, menjadi sunyi sepi kembali --seakan kompak dengan komplek bangunan radar kuno peninggalan zaman konfrontasi Dwikora yang berada tak jauh dari klenteng. Namun, tahun 1970-an mulai ramai lagi.
Selain sebagai tempat sembahyang dan berdoa, klenteng ini juga dipercaya sebagai tempat yang tepat untuk meramal nasib. Pengunjung yang datang dapat meminta petunjuk dari pengurus klenteng untuk membacakan ramalan yang tertulis di sebuah kertas berwarna merah.
“Setelah mengambil kertas merah, akan dibacakan ramalan nasib seperti yang tertera di kertas itu,” kata Liem, pengurus klenteng.
Selain itu, klenteng Tanjung Kait memiliki sumber mata air (sumur) yang telah berumur ratusan tahun dan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. “Sumber mata air ini tidak habis airnya walaupun diambil secara terus menerus dalam jumlah yang besar,” katanya.
Banyak pengunjung yang datang mengambil air sumur itu, karena dipercaya mengandung banyak berkah bagi yang menggunakannya. Air itu akan dicampur dengan air minum di rumah atau di bak mandi.
Liem menjelaskan bahwa banyak orang dari berbagai latar belakang kerap mencari berkah di klenteng itu. Klenteng Tjoe Soe Kong merupakan bagian dari bangunan ibadah Tri Dharma (Sam Kauw), yakni Buddhisme, Taoisme, dan Khonghucu yang tergolong relatif asli di tengah modernisasi Jakarta.
Keistimewaan Klenteng Tanjung Kait juga dapat dilihat dari gaya arsitekturnya. Keunikan itu terlihat pada dua buah bangunan seperti pagoda yang terdapat di depan bangunan utama klenteng, yang hampir mirip dengan menara Masjid Agung Banten.
Pada zaman dulu, Klenteng ini merupakan tempat berlindung masyarakat Banten ketika terjadi bencana letusan Gunung Krakatau yang menimbulkan gelombang tsunami.
Ketika Gunung Krakatau meletus, banyak warga yang mengungsi di sekitar klenteng. Mereka, lanjut Kin Siang, lolos dari maut.
"Kisah klenteng yang luput dari tsunami Krakatau diabadikan dalam lagu Gambang Kramat Karam yang masih dimainkan oleh kelompok gambang kromong hingga sekarang," katanya. (one)![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sejak 1960 banyak orang yang datang untuk sembahyang dan berdoa ke klenteng ini, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tapi, pamornya kembali meredup, menjadi sunyi sepi kembali --seakan kompak dengan komplek bangunan radar kuno peninggalan zaman konfrontasi Dwikora yang berada tak jauh dari klenteng. Namun, tahun 1970-an mulai ramai lagi.