Pasukan Komando "Bawah Tanah" Jokowi-Ahok
- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews - Sebanyak 200 orang berbaju kotak-kotak berkumpul di lantai Basement 1 Ruang Andalusia, Gedung 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Mereka bukan pekerja kantoran, apalagi penjaga gedung. Mereka merupakan tim "Pusat Syaraf Pemenangan Jokowi-Ahok." Nama aslinya, "War Room dan Data Center Relawan Jakarta Baru."
"Ini memang ibaratnya pasukan komando. Tapi bukan pusatnya, karena tim-tim relawan lain itu tidak kalah militan dan profesional," kata Koordinator Relawan Jakarta-Baru, Hasan Nasbi, dalam perbincangan dengan VIVAnews, Jumat 21 September 2012.
Tim ini sudah bekerja sejak pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mendaftar menjadi calon gubernur dan wakil gubernur DKI. Banyak hal dilakukan relawan "bawah tanah" ini. Ada operator pengaduan, memonitor relawan di lapangan, memantau sosial media, memelototi Internet, dan lain-lain.
Tim ini juga menggerakkan 15 ribu relawan Jokowi-Ahok di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat pencoblosan. Pada hari H kemarin, semua relawan di lapangan ini melaporkan data penghitungan riil di semua TPS.
Jadi, saat lembaga survei mengumumkan hasil penghitungan cepat atau quick count, tim pimpinan Hasan ini sudah mengumpulkan data riil penghitungan suara. Mereka tidak mengambil data berdasarkan sampel, tapi seluruh TPS disapu.
Bagaimana hasil perhitungannya? "Hanya beda tipis dengan quick count," kata dia.
Tugas tim "bawah tanah" ini juga mengendalikan Tim Sapu Jagat di lapangan. Seluruh 15 ribu relawan di lapangan itu disebut Tim Sapu Jagat yang dikendalikan 706 koordinator dan dipandu oleh 42 supervisor.
"Mengapa disebut war room segala? Karena ini seperti perang cepat. Maka itu, tim di ruangan ini menjaga agar semua tetap bisa dikendalikan," jelas Hasan.
Apakah tim ini juga yang membuat game Jokowi-Ahok serta video parodi "One Direction" di Youtube? "Bukan. Kami justru tidak mengenal mereka. Hanya kontak-kontak lewat media sosial dan online saja. Sampai sekarang saya belum pernah bertemu mereka," Hasan menjelaskan.
Masa tugas tim ini berakhir hari ini. Mereka tidak lagi bekerja sampai pengumuman resmi dari KPU. Tetapi, tim ini sudah mengumpulkan semua data yang diperlukan bila ditemukan ada kejanggalan di kemudian hari. (umi)