Menilik Dapur Kebayunan yang Sediakan 15.000 Porsi Makan Bergizi Gratis Setiap Hari

Kondisi Dapur Kebayunan di Depok yang sediakan Makan Bergizi Gratis
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Depok, VIVA – Dapur Kebayunan yang terletak di Kampung Kebayunan, Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat menjadi salah satu dapur yang disiapkan untuk menyediakan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dapur Kebayunan merupakan satu  mitra mandiri  Badan Gizi Nasional (BGN) yang terdiri dari lima dapur dalam satu lokasi. Di dapur ini memproduksi 15.000 lebih porsi MBG setiap hari yang didistribusikan ke 39 sekolah dari jenjang PAUD hingga SLTA. Selain itu, MBG juga ditujukan untuk ibu hamil dan menyusui.

Siswa yang Alergi Lauk Makanan Bergizi Gratis di Jatim, Disiapkan Menu Pengganti

Ada 39 sekolah penerima manfaat MBG yang mendapat distribusi makanan dari Dapur Kebayunan, terdiri dari dua PAUD, tiga TK/RA, 20 SD/MI, delapan SMP/MTS dan enam SMA/SMK/MA. Dapur yang berdiri di atas tanah seluas 2.500 meter dengan luas bangunan 5.000 meter tersebut , merupakan dapur MBG yang dibangun dengan konsep  terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Dalam  konsep hulu-hilir tersebut,  Dapur Kebayunan bekerja sama dengan beberapa yayasan untuk membina dan membiayai petani sayur di sekitar dapur dan wilayah-wilayah di Kecamatan Tapos dan Harjamukti. Kemudian sayur yang  dihasilkan para petani penggarap lahan kosong tersebut diserap dapur bergizi.

Gubernur Lemhanas Tinjau Makan Bergizi Gratis di Depok, Ini Pesannya

Program Makan Bergizi Gratis, Program Makan Siang Gratis

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

“Jadi sebagian besar sayur yang kami gunakan dari petani binaan kita, kalau sayurnya tidak mencukupi kami baru beli dari pedagang kecil di pasar-pasar seputar dapur, ke depan kami juga akan membina para peternak,” kata Kepala Dapur Kebayunan, Novia Ayu, Senin, 6 Januari 2025.

Soal Menu Susu Dalam Makan Bergizi Gratis, Wamensos: Seminggu 2-3 Kali, Tidak Setiap Hari

Untuk seluruh tenaga kerja berjumlah sekitar 250 orang untuk lima dapur. Terdiri dari chef, helper kitchen, packer, sopir, asisten lapangan yang merupakan wara sekitar. Mereka di bawah kendali dan pengawasan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang merupakan para sarjana yang ditempatkan BGN di dapur MBG atau Satuan Pengawasan dan Pengendalian Gizi (SPPG).

Sebelum diterima, para karyawan tersebut juga dilakulan tes kesehatan dengan mendatangkan tenaga kesehatan ke lokasi dapur dan juga diwajibkan untuk mempunyai SKCK dan KTP setempat.

Pada masing-masing dapur MBG di Kebayunan, pihak BGN menempatkan dua orang SPPI, satu ahli gizi, dan satu akuntan. Reprentasi dari BGN tersebut akan bekerja sama  dengan mitra mulai dari menyusun menu sampai pendistribusian ke sekolah -sekolah.

Dapur Kebayunan MBG menerapkan health safety  yang sangat ketat sehingga hanya dibuat satu pintu masuk. Setelah  karyawan melakukan absen dengan fingerprint, kemudian mereka masuk ke ruang ganti pakaian dimana karyawan harus memakai seragam, harnet, masker, sarung tangan, apron, kaos kaki , dan sepatu khusus sebelum masuk dapur dan ruang packing.

Selain dipasang pemadam kebakaran, Dapur Kebayunan juga menerapkan kawasan bebas rokok di seputar dan lingkungan dapur.  Dengan health safety yang ketat diharapkan makanan yang diproduksi Dapur Kebayunan benar -benar bergizi dan sehat.

Sedangkan untuk menghindari terjadinya alergi makanan, sebulan sebelum melakukan uji coba MBG, para sarjana SPI dan ahli gizi sari BGN sudah melakukan mitigasi ke sekolah-sekolah sehingga bisa mendapatkan informasi bila ada anak-anak yang alergi pada makanan tertentu.

Novia mengatakan, konsep dapur yang ada sesuai dengan standar dari BGN. Seluruh fasilitas yang ada pun menyesuaikan dengan petunjuk teknis (juknis).

“Kalau konsep dapurnya memang kami adalah konsep dapur yang ditunjuk oleh BGN. Untuk konsep dapurnya yang pasti kami menyesuaikan semua juknis dari BGN. Jadi dari pengolahan bahan baku sampai SDM sampai distribusi itu semua dapur kami memenuhi ketentuan dari BGN,” ujarnya.

Untuk penyimpanan bahan baku disediakan tempat khusus. Bahan baku basah dan kering dipisahkan dan disimpan di ruang tersendiri sehingga terjaga kualitasnya.

“Kita ada ruang sendiri yang ada penyimpanan bahan baku. Memang penyimpanan bahan baku, penyimpanan bahan baku yang kering maupun yang basah itu punya standar sendiri dari BGN. Kebetulan dari beberapa ruangan ini memang sudah disediakan sesuai standar dari teman-teman BGN. Jadi kebetulan dalam satu dapur kami ada namanya SPPI beliau adalah representative dari BGN yang selalu mengevaluasi pelaksanaan dari dapur kami,” katanya.

Dapur Kebayunan juga melibatkan UMKM setempat. Untuk bahan baku dibeli dari petani di sekitar dapur. Pengelola dapur membeli bahan baku tidak hanya dari satu supplier saja namun dengan menghimpun sejumlah penjual untuk memasok bahan baku ke dapur.

“Kami melibatkan UMKM, bahkan kami melibatkan petaninya. Kebetulan dapur Tapos ini, Dapur Kebayunan ini terletak di kampung. Kalau bisa lihat mengelilingi dapur kami itu belakangnya ada bayam, ada kangkung, nah salah satu melibatkan petani adalah bahan baku kami mengambil langsung dari petani,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Terkait bahan baku kami tidak menggunakan hanya satu supplier, kami menghimpun para pedagang itu untuk kami minta menyiapkan bahan baku. Karena memang khusus Dapur Kebayunan bahan baku yang harus disiapkan lumayan besar dalam sehari,” ujarnya.

Novia menyebutkan, hal yang utama dalam menyiapkan menu MBG adalah manajerial waktu sehingga makanan tepat waktu ke penerima dalam kondisi layak konsumsi dan tidak basi. Penghitungan waktu sudah ditentukan sesuai dengan standar yang berlaku sehingga dipastikan makanan tidak basi ke tangan penerima.

“Kalau di Dapur Kebayunan kebetulan ada manajemen sendiri, maksudnya ada pegawai teknis dan ada pegawai manajemen. Dalam hal ini manajemen adalah dalam satu dapur ini ada namanya penanggung jawab dapur. Penanggung jawab dapur ini sudah tersertifikasi. Nah beliau-beliau ini yang memanajemen waktu kapan bahan diolah, kapan bahan masuk di tempat pendinginan, kapan sudah dibolehkan untuk masuk packing ke dalam food tray tadi,” katanya.

“Insya Allah semoga tidak ada yang basi ya, harapannya memang tidak terjadi seperti itu, karena kami berusaha step by step itu memenuhi standar dari BGN,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya