Dedi Mulyadi Ingin MoU dengan UI untuk Kelola Lima Wilayah Penyangga Jakarta
- VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)
Depok, VIVA – Gubernur Jawa Barat Terpilih, Dedi Mulyadi menghadiri acara pelantikan Rektor Universitas Indonesia (UI) di Depok. Kang Dedi Mulyadi atau KDM sapaan akrabnya mengatakan UI berada di Kota Depok dan masuk dalam wilayah Jawa Barat.
“Saya begini, begitu masuk UI yang membuat dingin UI apa sih? Kebon, ruang-ruang kosong, ruang hijau pohonnya banyak, danaunya banyak. Nah, ke depan saya nanti begitu dilantik akan langsung di hari keempat saya akan MoU dengan UI. Nanti UI bertanggung jawab terhadap pengelolaan tata pembangunan berbasis kewilayahan. Wilayah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Lima kewilayahan ini tanggung jawab UI,” kata Dedi di UI, Depok, Rabu 4 Desember 2024.
Dikatakan yang menjadi prioritas pembangunan Jawa Barat adalah infrastruktur jalan yang harus terkoneksi dengan baik dan tidak boleh ada kemacetan. Kedua, menyelamatkan ruang-ruang hijau termasuk penyelamatan pengelolaan sampah. Selanjutnya adalah penataan setu yang ada di Depok. Setu yang masih ada digali lagi kemudian dibuat lagi ruang-ruang baru, karena masyarakat memerlukan ruang terbuka hijau yang banyak. Selanjutnya adalah penataan kawasan perumahan sehingga rumah-rumahnya nanti punya desain punya karakter lingkungan.
“Untuk itu sehingga nanti kalau ditanya di manakah kota yang paling nyaman di Indonesia? Orang menjawab Kota Depok. Kenapa kota Depok paling nyaman? karena gurunya UI, ini yang akan menjadi orientasi depan sehingga perguruan tinggi akan menjadi mitra terdepan. Bahkan saya nanti tawarannya begini, sarjana pendamping misalnya bukan yang kayak sekarang sarjana pendamping desa itu, sarjana pendamping desa kedepan itu adalah sarjana itu yang diarahkan pada aspek produksi,” tegasnya.
Dicontohkan jika ingin mengubah pertanian organik pada sebuah wilayah maka siapa sarjana yang berani menjadi duta gubernur di desa. Tujuannya untuk mengubah pertanian dari kimia ke organik.
“Nanti ada tingkatannya tuh sekian hektar bonusnya sekian, sekian hektar bonusnya sekian, sehingga kita tidak ngabisin uang rutin untuk ngasih sarjana pendamping di desa, tapi produknya nggak ada,” ungkapnya.
Dia menginginkan ada ada produknya. Misalnya sarjana yang menangani sampah, ini pendamping desa kelurahan, ubah pola hidup masyarakat dari jorok sampahnya menjadi tertata menjadi maggot. kemudian menjadi produk produk kerajinan tangan, nah ini kan harus dibuat dan itu tridharma perguruan tinggi harus dioptimalkan.
“Sehingga nanti banyak mahasiswa menurut saya yang jenius jenius di kampus itu menjadi tenaga pendamping desa kelurahan dan itu dikasih biaya oleh Pemprov dan akhirnya dia bisa membiayai kuliah sendiri. Orang-orang kreatif itu nanti harus bisa tumbuh di Jawa Barat,” pungkasnya.