Genangan Air Makin Meninggi Imbas Banjir Rob di RW 22 Muara Angke Jakarta Utara

Genangan air yang sudah berlangsung selama lima hari berturut-turut ini menunjukkan tren yang semakin meluas dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga setempat.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Jakarta, VIVA - Wilayah RW 22, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, hingga Selasa 19 November 2024, masih tergenang banjir.  Ini adalah banjir robGenangan air yang sudah berlangsung selama lima hari berturut-turut ini menunjukkan tren yang semakin meluas dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga setempat.

Pemulung Babak Belur Dihakimi Warga, Kepergok Perkosa Nenek-nenek di Ladang Jagung

Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa ketinggian air mulai meningkat sekitar pukul 11.00 WIB. Awalnya, air hanya setinggi 10 sentimeter, setara dengan mata kaki orang dewasa. 

Namun, tidak butuh waktu lama hingga genangan tersebut bertambah tinggi. Menjelang pukul 12.44 WIB, air naik hingga 30-50 sentimeter, mencapai ketinggian yang setara dengan betis bahkan paha orang dewasa.

Polisi Ungkap Pemicu Bentrok Warga dan Pekerja di Rempang

Menurut Jenni, seorang warga RW 22 yang telah tinggal di kawasan ini selama bertahun-tahun, mengaku kalau banjir rob tahun ini terasa berbeda dari biasanya. 

“Hari ini air mulai naik sekitar pukul 10.00 WIB. Kalau hari-hari sebelumnya, air biasanya sudah naik sejak pukul 08.00 WIB,” ujarnya. 

Tahun Depan Pemprov Jakarta Akan Bangun Tanggul Antisipasi Banjir Rob

Perubahan pola ini, menurutnya membuat warga semakin sulit memprediksi waktu datangnya banjir. Akibatnya juga menyulitkan mereka untuk bersiap-siap.

Air dari banjir rob ini arnanya coklat kehijauan, tercampur dengan air hitam dari selokan yang meluap. Selain itu, genangan ini mengeluarkan bau amis yang menyengat, semakin memperburuk kondisi lingkungan sekitar.

Meski menghadapi situasi yang sulit, warga Muara Angke yang terdampak tampaknya tidak punya pilihan selain terus menjalani aktivitas sehari-hari di tengah genangan air. 

Sebagian warga memberanikan diri menerobos banjir menggunakan kendaraan bermotor, meskipun mereka sadar bahwa risiko kerusakan kendaraan sangat tinggi akibat paparan air kotor tersebut.

Sementara itu, beberapa warga lain memilih menggunakan alternatif transportasi yang lebih praktis. 

Odong-odong motor, sebuah alat transportasi lokal yang kerap digunakan di kawasan ini, menjadi solusi untuk menghindari kaki basah dan lebih efektif melintasi genangan air.

Banjir rob yang terjadi secara berulang setiap tahunnya terus menjadi masalah besar bagi kehidupan warga di Muara Angke. 

Hingga saat ini, belum ada langkah konkret yang dilakukan oleh pihak berwenang untuk menangani masalah ini secara menyeluruh. 

Warga berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan nyata, baik dalam bentuk perbaikan infrastruktur maupun bantuan langsung, guna mengurangi dampak buruk banjir rob yang semakin parah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya