Ungkapan Kekesalan Orangtua Korban Daycare Lihat Pelaku Tata di Persidangan
- VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)
Depok, VIVA – Arif, orangtua salah satu korban penyiksaan di daycare Wensen School Indonesia (WSI) mengatakan dirinya merasa kesal ketika melihat Meita Irianty alias Tata, di persidangan. Sidang dengan agenda keterangan saksi itu menghadirkan lima orang saksi dari JPU.
Arif menuturkan, hari ini dia baru bertemu Tata daycare setelah pemeriksaan di Polres pada 31 Juli. Dirinya mengaku, saat melihat Tata muncul perasaan yang campur aduk antara kesal, marah dan takut.
“Perasaan saya campur-campur, ada rasa marah, ada rasa sesal, ada rasa emosi, masih ada rasa takut juga. Karena seingat saya Bu Tata itu ada keluarganya anggota DPRD dan saya itu kan masih orang biasa. Dan kalau dia main ekstrim, kalap istilahnya ada cara-cara tertentu lah. Saya takut keluarga saya terancam keselamatannya, saya takut anak saya mendapatkan lebih dari yang ini,” jelas Arif, Rabu 23 Oktober 2024.
Ketakutan lainnya yaitu mengenai proses sidang. Dia khawatir ada intervensi pihak lain yang menghambat proses sidang.
“Istilahnya ada gangguan untuk perkara sidang gitu loh, saya takut kita diganggu, saya nggak bisa menggambarkan itu gimana, hematnya kita diganggu untuk melaksanakan sidang,” ujarnya.
Untuk sidang pada Rabu, Arif mengaku puas karena berjalan sebagaimana harusnya. Walaupun, kata dia sidang memakan durasi waktu sangat lama karena ada sejumlah saksi yang diperiksa. Dalam sidang juga sempat dihadirkan bukti berupa rekaman video yang membuatnya sangat kaget dan terpukul.
“Walaupun durasinya lama dari pagi hingga magrib, ini tergolong lama. Dan untuk orangtua kami lumayan agak terpukul karena dihadirkan barang bukti video yang sangat jelas. Jadi kami terulang gimana anak kami dianiaya oleh pelaku. Ini yang jelas pertama kali, kalau yang saya lihat selama ini di sosial media dengan kondisi agak buram atau di blur dibagian tertentu,” jelasnya.
Dia mengaku tidak percaya kalau anaknya menjadi korban kekejaman Tata. Dia berfikir anaknya mendapat perlakuan yang layak di daycare tersebut.
“Saya sangat terguncang dan saya sangat menyesal karena saya tidak tahu kalau anak saya mengalami penganiayaan di sana, saya pikir anak saya mendapatkan pelayanan yang selayaknya, diperlakukan sebagaimana anak kecil dan saya merasa gagal sebagai orangtua untuk melindungi anak saya,” ungkapnya.
Anak yang dititipkan di daycare itu adalah anak pertamanya. Ketika melihat video anaknya disiksa, Arif merasa sangat terpukul. Dia merasa tertipu dan terguncang melihat penyiksaan yang dilakukan Tata.
“Wah, ketika pertama kali tahu saya merasa terkhianati, tertipu, saya tidak tahu lagi mana yang benar mana yang salah, karena selama ini selalu update di sosial media mereka, di story mereka, anak saya ikut kegiatan mereka, anak saya sedang makan siang, anak saya sedang ceria, lalu setiap kali saya antar dan dijemput saya juga selalu tanya sama guru-guru dan saya lihat interaksi anak saya juga bahagia gitu,” jelasnya.
“Jadi ketika saya tahu ada video seperti ini, anak saya dianiaya, itu saya tidak percaya lagi mana yang benar mana yang salah, saya bingung bedain, saya sangat terguncang waktu itu bahkan sampai sekarang. Sebulan pertama setelah itu saya sangat terguncang sekali. Saya merasa berat sekali,” ceritanya.
Dia berharap kasus ini diproses sesuai hukum yang adil tanpa ada intervensi. Dia meminta terdakwa diberi hukuman yang setimpal. Dia berharap anaknya juga dapat tumbuh sebagai anak sehat.
“Saya berharap anak saya tetap tumbuh kembang dengan sehat, saya tidak ingin anak saya ada gangguan masalah pada perkembangannya,” pungkasnya.