Terungkap, Lebih dari 10 Tahun Petugas Damkar Depok Tidak Pernah Dilengkapi Masker saat Tugas

Petugas Damkar Depok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Depok, VIVA – Meninggalnya Martin Panjaitan membuat seluruh keluarga besar Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) atau dikenal Damkar Kota Depok, Jawa Barat, berduka. Duka mendalam pun juga dirasakan keluarga Martin yang sangat kehilangan sosok yang baik tersebut. Rekan korban menyayangkan lalainya Pemerintah Kota Depok karena tidak segera memperbaiki sarana dan prasarana (sarpras) di dinas tersebut hingga akhirnya merenggut satu nyawa petugas.

Petugas Damkar Tewas Usai Padamkan Api, Kuasa Hukum Usut soal Sarpras Tak Layak

Herumansyah, salah satu petugas yang juga rekan Martin meminta agar Pemkot Depok segera turun tangan. Sebagai garda terdepan dalam memadamkan api, dia ingin agar dilakukan perbaikan sarpras di DPKP Depok.

“Buat salah satu pimpinan saya, kita bukan bicara safety atau gimana. Tapi yang kita bicarakan adalah keselamatan anggota,” katanya, Selasa 22 Oktober 2024.

Petugas Damkar Depok Meninggal saat Tugas, Diduga Keracunan Asap karena Tidak Ada Masker

Dikatakan dia, jika sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) maka saat bertugas harus dilengkapi dengan masker. Sayangnya saat Martin memadamkan api di Pasar Cisalak pada Jumat malam kemarin tidak dilengkapi masker.

Kebakaran di Pasar Cisalak

Photo :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)
Moment Sandi Pegawai Damkar Ditemui Wakil Wali Kota Depok Imam Budi

“Bicara safety, harus pakai masker, harus. Demi keselamatan wajib (pakai masker),” ujarnya sambil menahan tangis.

Selama 11 tahun bekerja di dinas tersebut, kata dia, petugas tidak dilengkapi dengan masker saat bertugas. Dia pun meminta agar semua pihak tidak usah mencari kesalahan satu sama lain.

“Selama ini ngga ada. Sejak saya masuk juga nggak ada. Jadi kita ngga usah cari kesalahan satu sama lain. Tapi perbaiki dinas pemadam kebakaran (Damkar). Sampai kapan korbanin teman saya. Ini terakhir. Cuma gara-gara (nggak pakai masker), keselamatan kami nggak terjamin. Tugas kami menyelamatkan orang, tapi kalau keselamatan kami nggak terjamin, mau gimana kita kerja,” ucapnya sambil menangis.

 Mengenai unit ambulan, kata dia, sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) bahwa ambulan harus ada di lokasi saat kejadian. Dia pun mempertanyakan perihal unit ambulans yang seolah hanya sebagai pajangan saja.

“Kalau ambulans buat pajangan di dinas, buat apa, gunanya buat apa, saya cuma mempertanyakan itu, ambulans itu untuk apa. Isi ambulans itu kayak apa? Kalau cuma buat pajangan di dinas enggak perlu ada ambulans. Makanya saya pertanyakan ambulan di dinas pemadam itu buat apa? Digunakan untuk apa? Kalau cuma untuk pajangan aja, taruh paling depan biar masyarakat tahu kalau dinas pemadam kebakaran Kota Depok punya ambulan,” ucapnya kesal.

Dia mengaku heran untuk apa ambulans milik dinas tidak disertakan saat pemadaman. Unit ambulan yang ada di lokasi justru milik relawan.

“Selama saya bertugas nggak ada. Yang ada malah (milik) relawan. Saya juga berterimakasih pada relawan yang mau bantu teman-teman saya,” katanya.

Sekali lagi dia meminta agar pemangku kebijakan dapat bersikap bijak dalam hal ini. Dia meminta jangan ada pihak yang mencari pembenaran.

“Saya minta jangan cari pembenaran, perbaiki kita sama-sama cinta Dinas Pemadam Kebakaran, enggak ada yang enggak cinta, semua cinta, jangan cari pembenaran, jangan cari kesalahan seseorang. Saya cuma minta perbaiki dinas pemadam kebakaran,” ungkapnya.

Dia meminta kepada para calon Wali Kota Depok yang nantinya terpilih agar memasukkan program buat kesejahteraan dan perbaikan bagi Damkar.

“Siapapun yang terpilih nanti tolong perhatikan kesejahteraan dan keselamatan kami dengan perbaikan sarana dan prasarana. Saya cuma bisa pesan itu,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya