Kendaraan Truk jadi Penyumbang Terbesar Polutan di Jakarta

Polusi Udara Jakarta Peringkat Kedua Dunia dengan Kualitas Udara Terburuk
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA - Pemerintah Provinsi Jakarta melalui studi terbaru hasil pemetaan sumber emisi di sektor transportasi Jakarta. Temuan studi itu melaporkan kendaraan berat terutama truk jadi penyumbang terbesar untuk beberapa jenis polutan termasuk partikel (PM) 2.5.

Jelang Nataru, Jasa Marga Catat 490 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Kendaraan berat seperti truk penyumbang terbesar partikel emisi (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2). Adapun sepeda motor lebih banyak menyumbang emisi karbon monoksida (CO) dan senyawa organik volatil nonmetana (NMVOC).

Terkait itu, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah DKI Jakarta Afan Adriansyah Idris menyampaikan hasil studi yang dihasilkan memberikan informasi mendasar guna memahami sumber polusi di Jakarta. Kata dia, hal itu akan jadi dasar pengembangan kebijakan pengendalian polusi yang tepat sasaran.

Bus Pariwisata Tak Layak Jalan Ingin ke Puncak Bogor Diputar Balik, Ratusan Wisatawan Diturunkan

"Dengan data ini, Jakarta lebih siap dalam menghadapi tantangan terkait polusi udara di masa depan,” kata Afan, dalam keteranganya, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Polusi Udara Jakarta Peringkat Kedua Dunia dengan Kualitas Udara Terburuk

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa
Tol Trans Jawa Jakarta-Semarang PP Diskon 10 Persen pada Momen Libur Nataru

Studi juga menganalisis dampak dari berbagai skenario langkah pengendalian emisi di Jakarta yang mencakup lima wilayah administrasi. Skenario ini yakni penerapan standar bahan bakar Euro IV, adopsi kendaraan listrik, dan penggunaan filter partikel diesel (DPF).

Dari hasil studi memperlihatkan penerapan standar bahan bakar Euro IV diproyeksikan mampu menurunkan emisi polutan seperti PM10 dan PM2.5 hingga 70 persen pada 2030.

Dengan penurunan emisi bisa memberikan kontribusi bagi perbaikan kesehatan masyarakat. Perbaikan itu khususnya dalam menekan angka penyakit pernapasan dan penyakit kardiovaskular yang seringkali lebih tinggi di kawasan perkotaan.

Adapun studi dilakukan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia melalui program USAID Clean Air Catalyst. Studi itu juga bekerja sama dengan Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. 

Puji Lestari selaku peneliti USAID CAC ini memperbarui pemetaan sumber emisi di sektor transportasi di Jakarta, yang terakhir dilakukan pada 2020.

Manajer Program Kualitas Udara WRI Indonesia dan Project Manager Clean Air Catalyst Satya Utama mengatakan laporan ini dapat membantu merancang kebijakan yang lebih komprehensif untuk pengendalian polusi udara.

“Data yang dihasilkan dari studi ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai tantangan polusi udara di Jakarta, khususnya dari sektor transportasi," lanjut Satya. 

"Ini adalah upaya konkret dalam upaya mengurangi emisi, khususnya dari sektor transportasi untuk kualitas udara yang lebih baik," jelas dia.

Sementara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan telah melakukan berbagai langkah guna menangani polusi. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan langkah-langkah ini salah satunya menambah jumlah stasiun pemantau kualitas udara yang bisa diakses masyarakat secara komputasi waktu nyata (real-time) melalui udara.jakarta.go.id.

Asep menuturkan pihak Pemprov Jakarta juga memperluas uji emisi kendaraan secara berkala. Selain itu, meningkatkan pengawasan terhadap industri yang berpotensi mencemari lingkungan.

"Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan rencana memperluas kawasan rendah emisi (low emission zone) guna mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan," jelas Asep. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya