KLHK Sebut Kualitas Udara Jakarta Saat Ini Tak Seburuk 2023
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
Jakarta – Kualitas udara di DKI Jakarta mengalami penurunan bahkan berada dalam kondisi terburuk ketiga di dunia pada Rabu, 19 Juni 2024.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengklaim penurunan kualitas udara di Jakarta saat ini tidak separah saat tahun 2023 lalu.
"Jadi sebetulnya kita belum separah di waktu tahun 2023, karena kita masih ada hujan di beberapa minggu. Karena ada hujan, jadi itu bisa membersihkan udara di atmosfer itu sehingga udaranya bagus," kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro kepada wartawan, Kamis, 20 Juni 2024.
"Seperti di hari kemarin ya, habis hujan, kelihatan udaranya pulih," ujarnya.
Sigit menyebutkan, pihaknya selalu berdiskusi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) jika kualitas udara mengalami penurunan.
"Kemarin kita sudah diskusi dengan teman-teman TMC di BMKG, 'Pak kalau misalnya nanti ada satu minggu terus-terusan kuning atau tidak sehat, maka kami akan berkirim surat untuk bisa difasilitasi untuk melakukan TMC’," ujarnya.
Dia menyebutkan, watermist menjadi salah satu bentuk TMC yang sempat dilakukan pada tahun lalu. Menurut Sigit, watermist terbukti dapat mereduksi pencemar udara yang ada di Jakarta.
"Pas hari-hari dilaksanakan Asian Summit itu dilakukan TMC dengan watermist dan itu memang bisa mereduksi partikulat atau pencemar yang ada di Jakarta, itu yang sudah kita koordinasi," katanya.
"Tetapi, kita belum mendiskusikan untuk yang dari gedung-gedung, watermist dari gedung-gedung, karena kita melihat upaya yang ada sudah masih mengatasi dan nanti kalau kondisinya se-ekstrem di tahun 2023, baru kita akan melakukan langkah koordinasi untuk kapan bisa diinfus seperti ini," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, kualitas udara di DKI Jakarta, mengutip data situs pemantau kualitas udara IQAir, pada Rabu pagi menjadi yang terburuk ketiga di dunia.
Berdasarkan pantauan pada pukul 05.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 177 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5, yang berarti masuk kategori tidak sehat.
Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Delhi, India dengan indeks kualitas udara di angka 302, kemudian di urutan kedua diikuti Kinshasa, Kongo di angka 251 dan di urutan keempat diikuti Kumpala, Uganda di angka 176.
Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta juga berada pada kategori tidak sehat.
Kategori kualitas udara tersebut berarti tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sejumlah wilayah yang terpantau Bundaran HI (106), Kelapa Gading (116), Jagakarsa (127), Kebon Jeruk (136) dan Lubang Buaya (106).