Berbulan-bulan Banjir Tak Kunjung Surut, Daerah di Bulak Barat Depok Ini Bak Kampung Mati
- VIVA.co.id/Galih Purnama (Depok)
Depok – Sudah berbulan-bulan warga Kampung Bulak Barat RT 04 RW 08 Kelurahan Cipayung, Depok terisolir akibat banjir. Akses jalan yang menghubungkan Kp. Bulak Barat dengan Pasir Putih, Sawangan terputus akibat terendam banjir setinggi satu meter.
Akibatnya, lokasi tersebut berubah menjadi kota mati karena tidak ada aktivitas warga. Pasalnya warga tidak dapat keluar rumah karena halaman tergenang air. Ada tiga rumah yang terendam di Kp Bulak. Bahkan satu pabrik tahu terpaksa tutup karena tidak dapat masuk ke dalam lokasi.
Anis salah satu warga mengatakan, banjir sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Saat ini ketinggian air sekitar satu meter.
“Hampir empat bulanan, banjir terus. Kadang surut kadang naik, tapi sudah ngga bisa buat lewat selama empat bulan,” katanya, Senin (29/4/2024).
Warga yang rumahnya terendam terpaksa harus meninggalkan rumah. Mereka membiarkan rumah tergenang begitu saja. Kondisi ini membuat sekitar lokasi tidak ada aktivitas dan seperti kota mati.
“Iya warga ngga bisa lewat. Kalau dulu kan lewat jembatan langsung ke Pasir Putih. Kalau sekarang harus mutar jauh,” ujarnya.
Banjir parah terjadi saat bulan Ramadhan lalu. Air setinggi tiga meter merendam sejumlah rumah. Kondisi ini sudah berlangsung lama. Warga merasa dirugikan karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
“Pas pertengahan puasa kemarin sempat banjir tinggi. Lebaran juga banjir. Ada tiga rumah yang terdampak sama satu pabrik tahu tutup karena nggak bisa masuk,” ungkapnya.
Air yang tak kunjung surut berasal dari luapan Kali Pesanggarahan. Pasalnya terjadi pendangkalan kali akbiat longsoran sampah di TPA Cipayung.
“Kalau ngga salah di sisi jalan sebelah sana banyak sampah dari TPA kalau nggak salah,” tukasnya.
Hal itu dibenarkan oleh Naserih, Ketua RT setempat. Sampah sudah lama longsor dan lama-lama memakan tanah warga hingga masuk ke area kali. Akibatnya, air kali tidak dapat melalui kali dan meluap ke jalan.
“Kendala awal sungai karena saluran air di bawah jembatan tersumbat sehingga air meluap. Terjadi penyempitan, yang awalnya lebar 4 meter sekarang 1 meter dekat TPA karena longsoran sampah. Longsoran sampah memakan tanah warga di Pasir Putih,” katanya.
Kondisi ini sudah lama dikeluhkan warga. Mereka meminta agar pemerintah memperhatikan kondisi ini karena mereka merasa sangat dirugikan.
“Harapannya ada penyelesaian. Di ujung sana (dekat TPA) nggak ada pengerjaan karena tumpukan sampah, kalau diperluas jalur keluar air otomatis air surut. Jalur air bisa lebih besar. Pemicu utama sampah,” pintanya.
Dikatakan, pihaknya sudah melaporkan perihal ini ke lurah hingga pemerintah kota. Sayangnya hingga saat ini belum ada tindakan apa pun. Padahal banjir sudah terjadi sejak 2023.
“Dari lurah sampai wali kota sudah tahu semua, tinggal penyelesaian. Warga merasakan dirugikan karena ini jalur lintas tembus ke Pasir Putih. Akses jalan ini sudah lama nggak bisa dilalui karena ini jalur alternatif warga,” ujarnya.
Banjir yang menggenangi lokasi membuat akses jalan terputus. Sehingga kawasan tersebut berubah menjadi kota mati.
“Menjadi kawasan mati setelah banjir karena akses terputus sejak banjir September 2023,” pungkasnya.