Derita Korban Pelecehan Seksual di Kampus UP: Dimutasi, Diberi SP1 hingga Dikucilkan

Karangan bunga menyindir Rektor UP nonaktif Prof. ETH
Sumber :
  • VIVA.co.id/Galih Purnama (Depok)

Jakarta – Menyandang status korban pelecehan oleh pimpinan membuat RZ, (42) berubah sikap. RZ yang biasanya ceria berubah jadi murung dan sering nangis tiap malam usai pulang kerja.

GP Ansor Desak Polisi Transparan Usut Kasus Penusukan 2 Santri Krapyak: Jangan Ditutup-tutupi!

RZ adalah korban yang melaporkan Rektor Universitas Pancasila (UP) nonaktif Prof. Eddie Toet Hendratno (ETH) ke Polda Metro Jaya atas dugaan kasus pelecehan seksual.

RZ menceritakan, kejadian yang menimpanya itu membuat dirinya terpukul. Terlebih saat itu orang tuanya sedang sakit keras.

Bencana Banjir Dahsyat di Spanyol, Total Korban Tewas Mencapai 211 Orang

Dugaan pelecehan seksual itu terjadi pada Februari 2023. Lalu, ayahnya meninggal pada Maret 2023. Saat itu, ia belum berani cerita pada keluarga dan suaminya mengenai pelecehan tersebut.

“Aku sering nangis. Aku korban pelecehan, mendapatkan intimidasi dan kehilangan papa bulan Maret 2023. Aku sering menangis karena dizalimi dan rasa kehilangan yang mendalam," ujar RZ, Sabtu, 2 Maret 2024.

Korban Tewas Kebakaran Pabrik di Bekasi Bertambah jadi 10 Orang

Kampus Universitas Pancasila di Jalan Srengseng Sawah

Photo :
  • VIVA.co.id/Galih Purnama (Depok)

Dia mengatakan kejadian yang menimpanya sampai membuat suami juga sedih. "Suami selalu nanya, tapi aku selalu menjawab karena sedih kehilangan papa karena belum siap jujur,” ujarnya.

Pun, hingga pada akhir desember 2023, RZ mengatakan pada suaminya kalau ia ingin keluar kerja. Suaminya penasaran dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Lalu, pada awal Januari 2024, barulah RZ memberanikan jujur kepada suami. Dia mengaku dapat perlakuan tak senonoh dari bosnya. RZ menuturkan juga dapat intimidasi hingga pengkucilan di tempat kerja.

“Sampai akhirnya aku mau resign karena ngga tahan diperlakukan seperti ini. Suami nanya alasannya, sampai akhirnya aku cerita sejujurnya ke suami pada Januari 2024," tuturnya.

Di tengah intimidasi dan ketidaknyamanan yang dialami, RZ berupaya memotivasi diri untuk tetap semangat kerja. Namun, ia mengaku tak kuat dengan perlakuan yang diterimanya.

“Tanggal 2 Januari 2024 itu harus masuk dan aku sudah malas banget. Dan akhirnya cerita ke suami dan dia marah," ujarnya.

"Suami sempat minta nomor telpon rektor tapi ngga aku kasih. Aku tahan juga jangan sampai suami samper rektor," jelasnya.

Kemudian, ia mengaku diminta buat surat pengaduan yang didampingi suami.

RZ mengaku sempat buat laporan ke yayasan. Namun, tak ada respons apapun. Lantaran, tak ada tanggapan akhirnya suami RZ melaporkan kepihak kepolisian.

Setelah melapor ke kepolisian dia malah dapat surat peringatan pertama (SP1) dengan alasan kedisiplinan.

“Aku malah mendapatkan SP1 di mana pada tahun lalu setiap aku berhalangan tidak masuk kerja semua ada keterangan," tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengaku pernah izin karena orangtua meninggal. Lalu, izin karena sakit. Tapi, dua alasan yang rasional itu malah membuatnya juga dapat SP-1.

"Aku izin karena orangtua meninggal, aku sakit juga ada surat keterangan dokter, tapi aku tetap dapat SP1 karena kedisiplinan,” ujarnya.

RZ berupaya menjalani semua yang terjadi padanya. Setahun menahan beban itu, RZ pun mengaku tidak kuat.
Hingga akhirnya dia melapor ke Polda Metro Jaya pada Januari 2024. Dia pun membantah laporannya itu dikaitkan dengan proses pemilihan rektor baru.

“Jadi, ngga ada hubungan dengan pemilihan rektor. Untuk perpanjangan rektor atau gak," sebutnya.

Dia mengaku tak tahu apa pun soal isu pergantian rektor. "Jadi, gak tahu menahu kondisi kampus Srengseng. Jangankan urusi pilrek, untuk aku motivasi kerja aja udah males," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya