Sosok Psikolog Forensik yang Ngaku Dikasih Duit Tutup Mulut untuk Diam di Kasus Jessica Wongso
- VIVA/Galih Purnama
Jakarta – Seorang psikolog forensik terkenal di Indonesia membuat pengakuan mengejutkan. Dia menyebut dikasih uang tutup mulut agar tidak banyak berbicara mengenai sejumlah kejanggalan di kasus yang menewaskan Wayan Mirna Salihin usai minum es kopi Vietnam yang dicampur dengan sianida.
Kasus yang sempat menghebohkan publik tahun 2016 itu akhirnya menjadi sebuah film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso telah tayang di Netflix. Pengakuan psikolog forensik yang bikin melongo warganet juga diungkapkan di film tersebut.
Sosok psikolog itu adalah Reza Indragiri. Setiap kasus kriminal besar yang ada di Indonesia, pasti dia ikut menganalisisnya. Khusus kasus yang membuat Jessica Wongso menjadi terpindana, Reza menjelaskan ada kesaksian yang aneh yang diungkap di pengadilan. Berikut pernyataan lengkap Reza:
“Ada ahli yang coba memberikan label, ‘Wah ini memang orang jahat, memang kriminal sejati’, dengan cara apa? Melihat bentuk hidung, atau dengan bentuk muka. Itu teori usang,
Sampai sekarang, hanya pada kasus si Mirna, ada pihak tertentu yang sampai kemudian menelepon saya dan meminta saya untuk berhenti bicara.
Ada pihak tertentu yang memasukkan uang ke dalam tas saya, maka saya tafsirkan hal itu merupakan sebuah cara agar saya tidak banyak bicara dalam kasus ini,
Kalau saya notabenenya orang biasa yang tidak punya sangkut paut dengan kasus ini, kenapa orang itu mau kasih saya uang? Saya khawatir bahwa ke otoritas penegak hukum, justru pihak ini yang tidak bertanggung jawab, juga ngasih uang, dalam jumlah yang lebih besar. Kekhawatiran yang seperti itu,”
Sosok Reza
Dikutiup VIVA dari berbagai sumber, Reza Indragiri Amriel, S.Psi., M.Crim lahir pada 19 Desember 1974. Reza merupakan ahli psikologi forensik, konsultan sumber daya manusia, dan dosen Indonesia. Dia juga diketahui sebagai orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Master Psikologi Forensik.
Reza merupakan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta dan lulus pada 1998. Ia mendapat beasiswa di Universitas Melbourne, Australia.
Setelah pendididikannya selesai tahun 2003, Ia mengawali kariernya sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Jakarta, tahun 2004 dan dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Dia juga banyak menjadi narasumber untuk membedah kasus kriminal besar di Indonesia, di ataranya, pembunuhan berenjena Brigadir Yosua dengan tersangka utama Ferdy Sambo. Kasus kepemilikan narkoba 5 Kg oleh mantan Kapolda Sumatera Barat Teddy Minahasa.