Heru Budi Minta Water Mist di Atap Gedung di Jakarta Tak Pakai Air PAM
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta – Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengaku sedang membahas soal sumber air untuk alat water mist atau alat penyemprot air yang bakal digunakan gedung-gedung tinggi di Ibu Kota.
Alat tersebut bakal dipasang dan digunakan dari atap gedung untuk menyemprotkan air guna menekan polusi udara di Ibu Kota.
"LH (Lingkungan Hidup) lagi diskusi yang pertama yang dibahas itu untuk tidak menggunakan air PAM," kata Heru Budi kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 31 Agustus 2023.
Sesuai dengan arahan Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, alat penyemprot air itu akan dipasang di empat sisi atap gedung. Pasalnya, tak semua gedung di DKI Jakarta berbentuk bulat.
"Kata bu menteri LH kalau bisa empat sisi. Ada gedung kan kotak atau bundar jadi empat sisi," ucapnya.
Heru Budi mengaku tidak akan memberikan sanksi kepada pemilik gedung yang tidak memasang alat water mist tersebut. Namun, ia tetap mengingatkan semua pihak, termasuk pemilik gedung-gedung tinggi baik BUMN maupun swasta untuk memasang alat water mist guna memperbaiki kualitas udara dari polusi.
"Tidak ada (sanksi). Partisipasi, jadi gedung-gedung yang akan dibangun dia akan bikin itu," tuturnya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana akan melakukan water mist atau penyemprotan air dari atap gedung di Ibu Kota. Penyemprotan dari atap gedung itu dinilai efektif untuk menghapus polusi udara.
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengatakan bahwa penyemprotan pertama kali dilakukan di atas gedung Pertamina beberapa waktu lalu. Hasilnya, kata dia, berdampak bagus dan signifikan untuk mengurangi polusi udara.
"Ya kan saya ngikutin katanya dari LH atau dari BRIN boleh dipakai itu. Dampaknya kemarin kan di coba di gedung Pertamina. Katanya dampaknya bagus dan signifikan," kata Heru Budi kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 30 Agustus 2023.
Ia mengatakan bahwa dampak yang signifikan itu dapat mengurangi konsentrasi polutan, sehingga kadar polusi udara dapat berkurang secara perlahan.
"Bisa menurunkan PM2.5, bisa menurunkan PM 10. Tapi kan PM2.5 atau PM 10 ada di atas lebih tinggi lagi. Tapi katanya bisa menurunkan itu, saya mah ngikut saja," katanya.