Ramdansyah Eks Ketua Panwaslu: Haji Momentum Jauhkan Clicktivisme Jelang Pemilu
- Istimewa
Jakarta – Memaknai haji hingga Idul Adha dengan kontestasi pemilu, harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kesalehan sosial. Diantaranya menghindari berbagai kabar-kabar hoaks yang kerap kali marak terjadi.
Manusia yang telah meninaikan haji, dianggap tidak sekedar menjadi individual tetapi sudah harus menjadi sosial. Dicontohkan seperti orang yang meningkatkan amalan-amalannya pasca dia berhaji.
"Sebelum pergi haji, saya biasanya kurang memperhatikan tugas-tugas agama saya, saya tidak bisa bangun untuk sholat subuh [saat fajar], misalnya, dan jarang berpuasa di luar bulan Ramadhan. Sekarang (setelah menunaikan), saya pastikan untuk shalat tepat waktu, bangun untuk shalat subuh, berpuasa secara teratur dan membantu orang lain," ujar Ketua Panwaslu DKI Jakarta periode 2008-2012, Ramdansyah, dikutip Jumat 30 Juni 2023.Â
Dia mencontohkan hal itu sebagai perubahan sikap. Ini juga disampaikannya saat menjadi khatib shalat Idul Adha di Jalan Raya Matraman, depan Gereja Koinonia, Jakarta Timur, Kamis kemarin.
Pria yang kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Al Mukarromah Koja, Jakarta Utara, menegaskan bahwa seorang yang telah berhaji harus jujur dan berada di jalan yang benar. Tidak boleh berbohong apalagi sampai menipu.
Perilaku yang berubah adalah dari dia sebagai orang yang saleh individu menunju ke kesalehan sosial. Maka segala tindakan harus mempertimbangkan dari akal.
Dia mengambil contoh seperti di media sosial atau medsos. Yang disebutnya sebagai aktivitas clicktivism. Aktivitas ini adalah aktivitas di media sosial dengan mendukung isu tertentu demi kepuasan pribadi tetapi berdampak politis lebih luas.
"Kecepatan tangan lebih cepat ketimbang akal kita. Itu harus tidak terjadi lagi, Kita adalah ulul albab, memiliki akal yang sempurna, mampu membedakan yang baik dan benar," jelasnya.
Pengamatannya, kecenderungan clicktivisme bisa dilihat pada Pemilu 2019. Di media sosial masyarakat terbelah dan saling menghujat, hingga muncullah sebutan kadrun dan cebong.
Lanjutnya, begitu juga dalam melihat berita. Dimana jika berita tersebut sesuai dengan pemikiran dan idiologi politiknya, maka ini yang akan diteruskan.
"Padahal belum tentu kebenarannya. Itulah clicktivisme," jelasnya.Â
Untuk itu, jelang Pemilu 2024 dan saat ini masih suasana Idul Adha 1444 H, dia mengajak untuk menyemangati makna Idul Adha dan kurban. Dengan cara berhati-hati saat menerima sebuah informasi atau berita yang belum tentu terkonfirmasi kebenarannya.
Ia mengutip Surat Al Hujurat Ayat 6 yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
"Berita hoaks dapat memecah belah umat. Padahal kita diminta untuk memperhatikan dan menghindari hoaks agar tidak pertarungan politik memecah belah di Tahun Politik 2023/2024," ujarnya.
Jelas Ramdansyah, setiap individu cukup merenung siapa yang akan dipilih dari beberapa capres  yang ada. Tidak perlu harus menjelekkan yang lainnya.
Sebab semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Menerima kekurangan dan kelebihan adalah bagian pengorbanan untuk berbangsa dan bernegara.Â
"Kita akan menjadi ulul albab selama kita merenung, meneliti dan mengkaji pilihan politik dan diendapkan," tambahnya.
Taqwa kepada Allah SWT dan Rasul, harus diperkuat. Wujudnya juga adalah dengan menahan diri untuk tidak irasional. Serta mengedepankan kecepatan tangan dibanding akal. Dengan cara ini, iya yakin ukhuwah Islamiyah dan ukhwah Wataniyah akan terjaga.Â
"Dengan semangat pengorbanan Nabi Ibrahim, kita melangkah maju untuk menjalani kesalehan sosial demi mencapai Indonesia yang adil dan makmur dengan lindungan dan ridho Allah SWT, amin," katanya.