Heru Budi Laporkan Data Terbaru: Ada 3,9 Juta Warga Miskin di DKI Jakarta
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA Metro – Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono melaporkan ada sekitar 3,9 juta warga miskin di DKI Jakarta. Hal itu diungkap Heru saat bertemu dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Kata Heru, data tersebut diperoleh dari gabungan Data Penyadaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan Carik Jakarta.
"Kami laporkan kepada Bapak Menteri ada kurang lebih 3,9 juta warga (miskin) Â yang berada dalam semesta data DTKS, P3KE dan Carik," kata Heru kepada wartawan seperti dikutip, Kamis, 16 Februari 2023.
Heru menjelaskan, pihaknya masih melakukan verifikasi lebih jauh terkait data warga kemiskinan warga di Jakarta. Pun, pelaporan data tersebut juga terus dilakukan secara bertahap kepada kementerian terkait.
"Siapa-siapa mereka? Kami akan lapor ke Pak Menteri, sisanya nanti sedang diseleksi di lapangan. Kami turun dan lapor berkala, itu tugas kami yang diberikan secara tertulis," bebernya.Â
Lebih jauh, Heru mengungkap angka 3,9 juta yang dilaporkan kepada Menko PMK Muhadjir Effendy itu termasuk dengan data stunting dan kemiskinan ekstrem. Pun terkait dengan masalah stunting ini, Heru menyebut pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan.
"Kami sudah bekerja sama dengan Pak Menkes untuk menurunkan stunting. Insya Allah bisa sama-sama kita wujudkan target turun sebagaimana diamanatkan oleh Bapak Presiden," pungkas Heru.
Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat tingkat kemiskinan ekstrem di Ibu Kota meningkat 0,89 persen atau sebesar 95.668 jiwa per Maret 2022.
"(Tingkat kemiskinan ekstrem bertambah) menjadi 0,89 persen, sejumlah 95.668 jiwa pada Maret 2022," ujar Kepala Bagian Umum BPS DKI Jakarta Suryana kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 30 Januari 2023.
Jumlah tersebut meningkat 0,29 persen jika dibandingkan pada Maret 2021. Lebih lanjut, Suryana mengatakan, dalam waktu dekat akan ditetapkan sampel-sampel untuk memastikan data-data yang ada di Carik dan sudah terkoneksi di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu sasarannya tepat.
"Kalau udah sampel itu tepat, nanti akan di profiling karena akan ada kaitannya penanganan kemiskinan ekstrem dengan stunting, khususnya dikaitkan dengan bantuan-bantuan di DKI sebetulnya udah banyak," katanya.
Suryana menyampaikan, penduduk miskin ekstrem paling banyak di wilayah Jakarta Utara (Jakut) yaitu sebesar 35.777 jiwa atau sekitar 1,94 persen. Sementara wilayah terendah penduduk miskin ekstrem adalah Kepulauan Seribu.Â
Suryana menyampaikan, sejumlah karakteristik penduduk Jakarta mengalami kondisi kemiskinan ekstrem di antaranya mayoritas kepala rumah tangga lulusan SMA dengan rata-rata usia 45,5 tahun.
"Kemudian ada juga yang lansia atau balita. Kondisi perumahan ada yang belum layak, luas lahan per kapita di bawah 8 meter persegi," ujarnya.