Polda Metro Jaya Blak-blakan soal Bripka Madih yang Ngaku Diperas Penyidik saat Laporan
- Instagram @jktnewss/@undercover.id
VIVA Metro – Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menyatakan telah menyelidiki terkait pengakuan Bripka Madih anggota Polsek Jatinegara yang mengaku diperas oknum penyidik di Polda Metro Jaya. Hasilnya, ada tiga laporan polisi.
"Secara konstruktif kami mencoba mendalami kemudian melakukan asistensi oleh Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya terhadap kasusnya, kemudian didapatkan adanya tiga laporan polisi ya," ujar Kepala Bidang Hubungan Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko di Markas Polda Metro Jaya, Jumat 3 Februari 2023.
Laporan polisi pertama, kata dia, dibuat oleh ibu Bripka Madih yang bernama Halimah pada tahun 2011 lalu dengan terlapor bernama Mulih. Dalam laporannya, tertulis soal tanah seluas 1.600 m² bukan seluas 3.600 m² seperti yang disebut Bripka Madih dalam video viral.
"Ini ada terjadi inkonsistensi mana yang benar tetapi dalam fakta hukum yang kita dapat di sini adalah 1.600," ujarnya.
Dia menyebut, fakta yang didapat dari hasil pemeriksaan saksi sebanyak 16 orang ternyata sebidang tanah dengan nomor girik 191 sudah dijual oleh Ayah Bripka Madih yang bernama Tonge dengan bukti sembilan Akta Jual Beli (AJB).
"Telah terjadi jual beli dengan menjadi 9 AJB dan sisa lahannya atau tanahnya dari girik 191 seluas 4.411 ini yang sudah telah dengan AJB seluas 3.649,5 meter artinya sisanya hanya sekitar 761 meter persegi," katanya.
Eks Kabid Humas Polda Jawa Timur ini menjelaskan bahwa AJB itu sudah diteliti oleh tim inafis dengan metode khusus yang hasilnya, cap jempol dalam AJB tersebut identik. Dalam laporan tersebut, penyidik belum menemukan adanya suatu perbuatan melawan hukum.
"Fakta identik ini dijual oleh Tonge yang merupakan ayah dari Madih yang dijual sejak tahun 1979 sampai dengan rentan waktu 1992, berarti saat dijual oleh ayahnya yang bersangkutan (Madih) kelahiran 1978 berarti masih kecil. Nalar kita berpikir, ketika ada diminta hadiah (diperas) 1.000 meter sedangkan sisanya saja tinggal 761 m² tentu ini butuh konfrontir, kita akan lakukan itu (dengan penyidik yang diduga melakukan pemerasan)," kata dia.
"Kemudian penyidiknya atas nama TG merupakan purnawirawan artinya sudah purna sudah pensiun sejak tahun 2022 pensiun pada Oktober 2022," ujarnya.
Kemudian, Bripka Madih kembali membuat laporan polisi pada 23 Januari 2023 atas dugaan pengrusakan barang yang diatur Pasal 170 KUHP pada objek tanah yang sama seperti laporan pada tahun 2011 lalu.
"Kemudian ada lagi fakta hukum didapatkan saudara Tonge atau ayah Madih, selain menjual daripada 9 AJB tdi juga ada surat pernyataan antara para pihak untuk penyerahan luas bidang tanah sebanyak 800 m² dari saudara Tonge ke Bone. Artinya tadi sudah berkurang lagi ya, ini ada fakta hukum yang didapati," ujar dia.
Sementara itu, untuk laporan yang terakhir, yaitu laporan dari seorang bernama Victor Edward Haloho pada 1 Februari 2023. Kali ini, terlapornya adalah Bripka Madih.
"Di mana laporannya adalah menduduki lahan perumahan tersebut pada perumahan Premier Estate 2 di mana Madih masih anggota Polri dengan menggunakan pakaian dinas Polri dengan membawa beberapa kelompok massa sehingga membuat keresahan," kata Trunoyudo.
Bripka Madih Mengaku Jadi Korban Pemerasan Dimintai Uang Rp 100 Juta
Sebelumnya diberitakan, Bripka Madih, anggota Polsek Jatinegara mengungkapkan kepada publik pengalaman yang mencengangkan bagi dirinya. Sebagai seorang anggota Polri, Bripka Madih ternyata juga menjadi korban pemerasan dari oknum penyidik di Polda Metro Jaya saat melaporkan kasus penyerobotan tanah milik orang tuanya. Sehingga dirinya merasa kecewa dengan hal itu.
“Saya ini pelapor, ingin melaporkan penyerobotan tanah milik orang tua ke Polda Metro Jaya. Oknum penyidik itu minta langsung ke saya, sesama anggota polisi, dia berucap minta uang Rp 100 juta. Saya kecewa,” ungkap Madih dikutip dari akun @jktnewss di Instagram pada Kamis, 2 Februari 2023.
Selain itu, diungkapkan juga oleh Madih bahwa jika kasusnya ingin diproses, oknum penyidik tersebut meminta hadiah berupa sebidang tanah kepada dirinya. Bahkan Madih mengaku bahwa keluarganya juga sempat dihina oleh oknum penyidik tersebut.
“Dia juga minta hadiah tanah 1.000 meter. Tidak cukup sampai di situ oknum penyidik itu juga menghina keluarga saya tidak berpendidikan,” tegas Madih.