Keluhan Pedagang Pasar Jatiuwung yang Merugi ke Wali Kota
- Andrew Tito/VIVA.
VIVA – Ketua Forum Pedagang Pasar Induk Jatiuwung, Majid, menegaskan keluhan yang dilakukan selama ini adalah murni gerakan pedagang tanpa ditunggangi pihak manapun. Merosotnya omzet dan sepinya pembeli karena dualisme pasar Induk menjadi alasan pedagang di kawasan Jatake ini akan terus bersuara menyampaikan aspirasinya.
"Kita tegaskan sekali lagi ini murni pergerakan dari kami pedagang kecil dan tidak ada pihak manapun yang menunggangi. Karena itu kami di sini ingin meminta solusi dari pak Walikota," ujar Majid, Jumat, 14 Januari 2022.
Setelah mengadukan nasibnya ke DPRD, pihaknya berharap Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah dapat menemui para pedagang terkait permasalahan sepinya para pembeli dan dualisme pasar induk.
Sehingga ada solusi dari orang nomor satu di Kota Tangerang itu. Sehingga para pedagang tidak melulu merugi atas sepinya pembeli di pasar tersebut.
"Kami berharap Wali Kota Tangerang Arief bertemu dan duduk bareng dan mendengarkan aspirasi dari kami. Sehingga ada solusi terkait permasalahan pasar induk Jatiuwung dan pasar induk Tanah Tinggi. Sebelumnya juga kami sudah mengadukan permasalahan ini ke DPRD yang ditemui oleh Ketua DPRD Gatot Wibowo," katanya.
Ia mengatakan para pedagang tersebut sebelumnya banyak berdagang di pasar induk Tanah Tinggi. Para pedagang tersebut pindah ke pasar induk Jatiuwung karena pihaknya mendapatkan informasi bahwa pasar induk Tanah Tinggi izin tidak akan diperpanjang. Namun pada kenyataanya pasar Induk Tanah Tinggi tetap beroperasi, yang berdampak pada sepinya omzet di pasar Induk Jatiuwung.
Ia berharap Pemkot Tangerang dapat memberikan solusi terbaik. Sebab demikian, nantinya yang menjadi korban terkait permasalahan dualisme pasar ini para pedagang.
"Pada dasarnya kita pindah itu tunduk atas perintah dan arahan pak Walikota bahwa pasar induk Tanah Tinggi ini yang tidak akan diperpanjang izinnya. Makanya kami sebagian pedagang ikut pindah ke Jatiuwung, pada saat sekarang pedagang jadi terbelah dua antara Jatiuwung dan Tanah Tinggi, namun nyatanya" ungkapnya.
"Di sini kami mohon peranan dari pak Walikota untuk memberikan solusi atas permasalahan ini. Karena memang yang menjadi korban kami pedagang," katanya.
Ia menyampaikan Pasar Induk Jatiuwung tersebut telah isi sebanyak 60 persen pedagang dari jumlah 1300 kios dan lapak yang disiapkan oleh pengelola.
Lapor DPRD
Sebelumnya, Ketua DPRD Kota Tangerang Gatot Wibowo mengatakan, akan segera memanggil Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah guna meminta penjelasan terkait polemik dualisme Pasar Induk ini.
"Secepatnya. Setelah ini saya dengan Komisi III juga akan rapat internal tentang langkah-langkah tahapan hearing berikutnya," ucap Gatot Wibowo.
Selain meminta penjelasan kepada Wali Kota Tangerang, pihaknya juga akan memanggil dinas-dinas terkait untuk menindaklanjuti permasalahan ini.
"Nanti dalam hearing kita akan tahu jawabannya, karena nanti kita ingin konfirmasi dahulu dengan pihak terkait dan dinas. Baik Indagkop, Perizinan dan Perkim. Ini kan terkait RDTM di wilayah nanti kita akan cek semuanya," kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Selain itu, Gatot Wibowo juga berpendapat, idealnya hanya ada satu pasar induk di Kota Tangerang. Keberadaan Pasar Induk Jatiuwung yang diklaim pasar terluas se-Provinsi Banten sangat efektif.
"Idealnya cuma satu, tidak ada aturan tertulis sih tapi melihat kapasitas jumlah penduduk penyebarannya. Kalau pasar induk itu rata-rata satu kalau saya tahu ya. Termasuk Jakarta cuma ada Kramat Jati," tandasnya.