Anies Baswedan Paparkan Alasan Pugar Makam Sultan Aceh
- ANTARA/Yogi Rachman
VIVA – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meresmikan pemugaran komplek makam Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah yang wafat pada 6 Februari 1939 silam di TPU Utan Kayu, Jakarta Timur, pada Senin 14 Desember 2021.
Pemugaran dilakukan dalam rangka penghormatan terhadap jasa para pahlawan asal Aceh, yang telah berjuang melawan para penjajah di Indonesia.
Pemugaran tersebut merupakan bentuk penghormatan yang kesekian kalinya dilakukan Pemprov DKI, terhadap jasa pahlawan nasional dari bumi Serambi Mekah. Sebelumnya salah satu jalan di Jakarta juga telah diresmikan namanya menjadi Jalan Laksamana Malahayati, yang berada di Jakarta Timur.
Anies mengatakan pemugaran tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada seorang pahlawan yang memilih berjuang bersama rakyat mengusir kolonialisme.
"Perjuangan itu memiliki ongkos yang amat mahal karena dia melepaskan semua yang menjadi kenyamanannya (kehidupan di Istana). Seorang yang dilahirkan di keluarga kesultanan dan memilih berjuang bersama rakyat. Itu adalah masa di mana kemerdekaan belum terlihat di depan mata. Itu adalah masa di mana orang memilih (berjuang) berdasarkan nilai yang diyakini sebagai kebenaran," jelas Anies.
Terima Kasih ke Masyarakat Aceh
Anies merasa patut berterima kasih kepada masyarakat Aceh, khususnya keluarga besar keturunan dari Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah. Karena Jakarta dipilih menjadi tempat peristirahatan terakhir Sultan Aceh tersebut.
"Karena itu Jakarta ingin menyampaikan rasa hormat, dengan memberikan pemugaran atas makam yang selama ini tidak banyak dikenal, sebagai makam seorang tokoh amat penting dalam perjalanan melawan penjajahan. Pemugaran ini menjadi pengingat kita bersama bahwa di Jakarta berkumpul begitu banyak pejuang, dan kita harus selalu menghormati, dan menghargai perjuangan mereka," papar mantan Mendikbud itu.
Sementara, perwakilan Keluarga Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah, Tengku Dian Anggraini mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta karena telah memberikan penghargaan tertinggi, dengan melakukan pemugaran makam.Â
Pemugaran telah dilakukan sejak 27 September hingga 28 November 2021 oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta.
"Pemugaran ini bernilai peradaban apabila dilakukan oleh orang yang berintegritas pada nilai-nilai leluhur. Atas dasar inilah kami memberikan sebuah rencong (siwah) sebagai simbol senjata kesultanan kepada Bapak Anies. Karena simbol dari kearifan siwah adalah perangkat sultan yang merawat peradaban dengan komitmen yang kuat," katanya.
Area makam Sultan Aceh pada TPU Utan kayu terdiri dari dua area makam;
1). Area makam 1 dengan luas 16 m2 terdiri dari 4 makam:
a. Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat Zillullah filalam bin Tuanku Cut Zainal Abidin,
b. Tengku Putih binti Tuanku Zainal Abidin,
c. Tuanku Mahmud bin Tuanku Abdul Madjid,
d. Teuku Chiek Ali Basyah.
2). Area makam 2 dengan luas 6 m2, terdiri dari 3 makam:
a. Tuan Putri Gambar Gading binti Tuanku Pangeran Abdoel Madjid Atjeh,
b. Tuanku Pangeran Hoesin Atjeh bin Tuanku Pangeran Abbas,
c. Â Habib Ahmad bin Hoesin Alaydroes Atjeh.