Mamuju dan Majene Digoncang 39 Kali Gempa dalam 5 Hari
- Instagram/@tni_angkatan_laut
VIVA – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, sudah terjadi 39 kali gempa yang mengguncang wilayah Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, sejak gempa magnitudo 5,9 terjadi pada 14 Januari 2021 hingga hari ini, Senin, 18 Januari 2021.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa yang baru saja terjadi memiliki magnitudo 4,2 episenter terletak pada koordinat 2,91 LS dan 118,99 BT tepatnya di darat pada jarak 27 km arah Tenggara Kota Mamuju dengan kedalaman 10 km.
"Seperti rentetan gempa sebelumnya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar Mamuju-Majene dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," kata Kepala Bidang Mitigasi dan Gempa Bumi BMKG, Daryono, di Jakarta, Senin, 18 Januari 2021.
Kata dia, gempa ini menimbulkan goncangan yang dirasakan di Majene dan Mamuju dalam skala intensitas II MMI, dan tidak berpotensi tsunami. Warga kembali terkejut dan panik akibat goncangan yang terjadi, karena trauma akan goncangan gempa kuat yang telah terjadi sebelumnya.
Baca juga: Viral Video Pria Pingsan Setelah Terima Suntikan Vaksin COVID-19
Namun, diakuinya, produktivitas gempa susulan di Mamuju dan Majene ini lambat. Tidak semestinya gempa kuat bermagnitudo 6,2 pada hari ke-5 baru terjadi 39 gempa susulan. Gempa kerak dangkal dengan kekuatan di atas 6,0 umumnya pada hari ke-5 sudah mendekati 100 kali gempa susulan.
"Melihat produktivitas gempa susulan yang rendah ini, kita berharap ini sebagai pertanda baik meskipun kita tetap harus waspada," katanya.
Ia pun berharap semoga kondisi minim gempa susulan ini terus berlangsung dan tidak terjadi gempa kuat lagi, hingga selanjutnya kondisi tektonik di zona gempa kembali stabil dan kembali normal.
"Meskipun harapan kita tidak akan muncul gempa kuat lagi, tetapi gempa susulan dengan kekuatan kecil lazimnya masih akan terjadi," katanya.
Hal ini, lanjut dia, karena saat terjadi gempa utama (mainshock) tercipta deformasi kerak bumi yang menimbulkan pergeseran blok batuan cukup luas di bawah permukaan.
"Pergeseran besar blok batuan ini memicu terjadinya ketidaksetimbangan gaya tektonik di zona gempa. Maka sebagaimana biasanya pascaterjadi gempa kuat akan timbul gaya-gaya tektonik, yang menggerakkan kembali blok batuan untuk mencari kesetimbangan baru menuju kondisi stabil," katanya.
Untuk mendapatkan posisi seimbang tersebut, maka terjadi pergeseran kembali blok-blok batuan secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa susulan.
"Fenomena ini akan terus terjadi hingga kondisi kesetimbangan tektonik terwujud dan selanjutnya kondisi batuan benar-benar kembali stabil dan menjadi aman kembali," katanya. (ase)