Pemalsu Surat Rapid Test COVID-19 Diciduk, Pelaku Belajar dari Youtube

Polisi memperlihatkan tersangka pemalsu surat hasil rapid test COVID-19 beserta barang buktinya dalam konferensi pers di markas Polres Metro Jakarta Pusat, Rabu, 13 Januari 2021.
Sumber :
  • VIVA/Wilibrodus

VIVA – Polisi menangkap seorang pria berinisial berinisial AA (31 tahun) di rumahnya di Cipayung, Jakarta Timur, karena disangka memalsukan dan menjual surat keterangan rapid test untuk deteksi COVID-19. Dia memasarkan jasanya melalui akun media sosial Facebook.

Korban Minta Bareskrim Ungkap Keterlibatan Pelaku Lain di Kasus Pemalsuan Dokumen RUPSLB BSB

Ada dua jenis surat keterangan hasil rapid test, yakni rapid test antibody dan rapid test antigen. Surat jenis pertama dibanderol Rp50 ribu untuk hasil nonreaktif, sementara surat jenis kedua dihargai Rp70 ribu untuk hasil negatif COVID-19.

Pelaku membuat kedua jenis surat itu dalam format PDF yang kemudian dikirimkan via email atau aplikasi percakapan Whatsapp kepada si pembeli. Si pembeli dapat mencetak surat palsu itu manakala dibutuhkan atau diminta menunjukkannya jika, misalnya, harus bepergian ke luar kota dengan pesawat udara.

Dewi Perssik Ngaku Terima Surat dari Banyak Pria, Berisi Ajakan Lakukan...

Baca: Penjual Surat PCR Palsu ke Bali Ternyata Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Burhanuddin memperingatkan masyarakat bahwa tindakan ilegal itu berbahaya. Sebab, jika seseorang sesungguhny positif COVID-19 tetapi dia menggunakan surat keterangan palsu yang menyatakan negatif, dia dapat menulari sekalian mencelakakan banyak orang lain.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Photo :
  • VIVA/Wilibrodus

Dari tangan tersangka, polisi menyita 10 surat palsu rapid test antigen dan 3 surat rapid test antibody, 1 ponsel yang digunakan pelaku untuk berkomunikasi dengan pembeli, KTP tersangka, dan 1 kartu ATM untuk menampung hasil penjualan surat palsu.

Mencatut dua klinik

Tersangka AA mencatut nama klinik atau layanan kesehatan, yakni Klinik Pratama Medika dan Halodoc. Ia menambahkan nama beberapa klinik untuk meyakinkan pembelinya bahwa surat yang ia buat asli. Padahal AA tak ada hubungan sedikit pun dengan kedua klinik yang dia catut.

Dari belasan korban yang membuat surat rapid test itu, ada satu pembeli yang melapor kepada polisi. Ia melapor setelah mengetahui surat yang ia dapat ternyata palsu. Polisi kemudian melakukan penyelidikan sehingga dapat segera menangkap pelaku.

"Dia (pelaku) ini bekerja sebagai karyawan swasta, pramuniaga, di salah satu toko elektornik. Dia mengaku belajar dari media YouTube untuk membuat surat keterangan palsu ini," kata Burhanuddin. 

Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Suwatno, tersangka menjual surat keterangan rapid test sejak Desember 2020. Tersangka sudah mengeluarkan 15 surat keterangan palsu dengan keuntungan Rp3 juta.

AA dijerat dengan Pasal 51 junto pasal 35 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2006 atas perubahan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun dan denda paling banyak Rp12 miliar.

Pasal lain yang disangkakan ialah Pasal 268 KUHP dengan pidana penjara maksimal 4 tahun. Lalu, Pasal 93 junto Pasal 9 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan dengan ancaman hukuman pidana penjara maksimal 1 tahun.

"Jadi pelaku ini dijerat dengan pasal berlapis. Ia bisa dipidana dengan kurungan penjara selama 15 tahun," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya