Cerita Kompol Faruk Ciduk Pentolan Kalijodo Daeng Azis

Kapolsek Tambora Jakarta Barat, Kompol M. Faruk Rozi
Sumber :
  • VIVA / Andrew Tito (Jakarta)

VIVA – Salah satu perwira menengah polisi, Kompol M. Faruk Rozi, menjabat sebagai sebagai Kapolsek Tambora, Jakarta Barat. Faruk punya terobosan soal menekan angka penyebaran COVID-19 di wilayah permukiman padat Tambora.

Mau Jemput Pacar, Pria di Tambora Malah Apes Dibegal Pakai Senpi dan Motornya Dibawa Kabur

Sebagai Kapolsek, Kompol Faruk tidak pernah membiarkan ada satu hari pun terlewat tanpa kegiatan Yustisi di wilayahnya.

Gempuran kegiatan yustisi seperti razia masker ditekankan oleh Faruk hanya untuk mencegah penyebaran COVID-19 di wilayah yang dketahui sebagai kawasan terpadat se-Asia Tenggara tersebut.

Janda dan 2 Anaknya Jadi Korban Kebakaran 30 Rumah di Tambora Hingga Tewas

Di tiap hari kegiatan yustisi, ada saja warga yang melanggar hingga puluhan orang.

Photo :
  • VIVA / Andrew Tito (Jakarta)
30 Rumah di Tambora Hangus Terbakar, 5 Orang Tewas Terpanggang

Dalam hal ini Faruk mengimbau kepada masyarakat Tambora untuk patuh dengan protokol kesehatan supaya tidak terpapar dengan virus corona.

"Saya khawatir masyarakat yang membandel tertular atau menularkan ke masyarakat. Jadi kami selalu operasi yustisi,” ujar Faruk saat ditemui VIVA.

Meski begitu, Faruk mengatakan masih ada saja warga yang membangkang. Bahkan ketika ditegur justru lebih galak. Namun demikian, debat yang terjadi antara petugas dengan pelanggar tidak sampai melebar dan berujung pertikaian.

Sebab, pihaknya mengedepankan edukasi dan membuka komunikasi baik supaya warga bisa paham. "Kalau sudah dikasih pengertian rata-rata warga menerima dan mau diberikan sanksi," ujarnya.

Kegiatan yustisi ditegaskan Faruk buka hanya semata untuk kepentingan tugas para abdi negara. Melainkan untuk kesehatan semua warga yang ada di wilayah hukum Tambora. “Agar wabah COVID-19 ini tidak meluas ke mana-mana” ujar Faruk.

Faruk mengatakan jika petugas tidak rajin dalam operasi yustisi, dikhawatirkan penyebaran virus corona akan semakin meluas.

“Dan itu nanti kita juga yang repot kan, maka dari itu kita sendiri yang melakukan sesuatu untuk upaya pencegahan ini,” ujarnya.

Sementara itu, dalam karier di kepolisian, Kompol M. Faruk Rozi pernah menangkap Abdul Azis alias Daeng Azis, penguasa Kalijodo yang terkenal dengan prostitusi sebelum disulap menjadi Ruang Terpadu Ramah Anak (RPTRA).

Penangkapan Daeng Azis terjadi pada 26 Februari 2016, empat tahun silam. Daeng Azis ditangkap bukan karena kasus prostitusi di Kalijodo, melainkan perkara pencurian listrik. Daeng Azis diduga mencuri listrik untuk digunakan di kafenya di kawasan Kalijodo.

"Pada saat saya Kanit Krimsus Polres Metro Jakarta Utara saya tangkap Daeng Azis. Kasusnya itu pencurian aliran listrik," ujarnya.

Faruk menangkap Daeng Azis didampingi Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara. Setelah dilakukan proses hukum, Daeng Azis divonis majelis hakim dengan kurungan penjara selama 10 bulan dan denda Rp100 juta.

Selain Daeng Azis, Faruk juga pernah mengungkap kasus kebakaran 34 kapal di Pelabuhan Perikanan Muara Baru sewaktu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok. Dalam kasus ini banyak kesalahan yang dilakukan oleh pihak kapal saat melakukan perbaikan.

Menurut dia, ada 2 orang pekerja tukang las yang ditetapkan sebagai tersangka karena tidak memiliki sertifikat untuk perbaiki kapal. Kemudian ada juga kapten kapal dan beberapa orang lainnya yang ditetapkan sebagai tersangka.

"Dua kasus itu yang menurut saya menarik dan tidak bisa dilupakan. Kalau kasus ganja 1,3 ton itu saya hanya backup saja," ceritanya.

Pengalaman Faruk di dunia kepolisian memang tidak diragukan lagi. Lantas bagaimana dengan perjalanan karier Faruk di kepolisian?

Faruk yang kini menjabat sebagai Kapolsek Tambora merupakan lulusan Akademi Kepolisian (AKPOL) 2006 silam. 

Ia berdinas pertama kali sebagai Kepala Sentral Pelayanan Kepolisian (KSPK) Polrestabes Medan pada awal 2007.

Beberapa bulan menjabat sebagai KSPK, ia dimutasi sebagai Kasubnit Reskrim Polsek Medan Baru, Polrestabes Medan. Setahun lamanya menjabat sebagai Kasubnit, akhirnya ia kembali dipromosikan sebagai Kanit Reskrim Polsek Medan Baru.

Meski kariernya terbilang moncer, Faruk memiliki kepribadian yang tidak pernah puas dengan ilmu pengetahuan. Pada 2010 dia mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

"November 2012 saya lulus dari PTIK. Penempatan setelah lulus PTIK saya sebagai Kanit Reskrim di Polres Kendari. Pada bulan Mei 2015 saya dimutasi ke Mabes Polri sebagai Spripim Kapolri,” ujarnya.

Awal 2016, Faruk ditugaskan di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Mulanya, dia menjadi Kanit Krimsus Polres Metro Jakarta Utara. Tak lama kemudian dia dipromosikan sebagai Kanit Reskrim Polsek Kelapa Gading.

"Balik lagi jadi Kanit Krimsus Polres Metro Jakarta Utara. Mutasi lagi jadi Kanit Krimsus Polres Metro Jakarta Barat, kemudian saya pernah jadi Kanit 3 bahan berbahaya (Narkoba) Polres Metro Jakarta Barat. Setelah itu jadi Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok. Terus saya job kompol di Polda dan diberikan amanah oleh pimpinan, saya jadi Kapolsek Tambora," ujarnya.

Terkabulnya Doa Orang Tua

Faruk merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dan tiga kakak di antaranya merupakan seorang pelaut. Sementara seorang kakak lainnya kini sudah menjadi jaksa di Kejaksaan Agung (Kejagung).

Faruk tidak ingin meneruskan profesi ayahnya sebagai pelaut. Alasannya karena jarang berada di rumah. Dia tidak mau meninggalkan ibunya seorang diri di rumah.

"Ayah saya pelaut, 3 kakak saya pelaut, jadi saya harus urus keluarga enggak mau meninggalkan ibu saya. Kakak saya yang jaksa waktu itu dia karyawan di Kejati Jawa Timur, dia tertarik akhirnya sekolah pendidikan jaksa," ucapnya.

Faruk menuturkan, sang ibu sempat ingin salah satu anaknya masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Kakak ketiganya yang mencoba mendaftar, namun gagal.

"Kakak saya selalu gagal di pantohir terus di Angkatan Darat. Jadi nomor 3 ini lima kali daftar Akabri, sudah sampai Magelang dia dipulangkan. Sampai umurnya habis," ujarnya.

Keinginan sang ibu agar anaknya menjadi abdi negara lambat laun terwujud. Meski tidak masuk Akabri, setidaknya Faruk telah mewujudkan keinginan sang ibu sebagai anggota polisi.

"Jadi itulah motivasi saya. Awalnya saya ingin masuk di pemerintahan, alhamdulillah-nya saya diterima sebagai anggota Polri," ungkapnya.

Faruk kini selalu memanfaatkan waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga kecilnya. Ia bahkan menyempatkan untuk video call atau sekadar telepon istri menanyakan anak-anak di sela-sela kesibukannya mengayomi masyarakat Tambora, Jakarta Barat.

Tidak selalu menunggu dirinya pulang ke rumah, terkadang istri dan anaknya mendatangi kantornya untuk bertemu. Namun, kata dia, jika ada kegiatan, ia pasti akan menyampaikan kepada istri dan anaknya untuk menunggu di kantor sampai kegiatannya selesai.

"Yang terpenting itu komunikasi sama anak dan istri. Bisa telepon atau video call. Saya juga tidak membatasi kepada istri dan anak saya, kalau dia mau datang ke kantor, datang saja," ujarnya.

Pria asal Jawa Timur ini mengakui, jabatan sebagai Kapolsek sangat sibuk dan hanya memiliki waktu luang sedikit. Sehingga waktu sedikit untuk keluarganya pun terkadang dimanfaatkan bukan hanya bertemu, tapi juga makan siang bersama dan mengobrol.

"Kadang di sela-sela kesibukan saya, saya sempatkan olahraga bareng. Sekadar main sepeda dan jalan kaki. Enggak mengganggu tugas lah. Saya harus rutin komunikasi dengan anak dan istri saya," ucap Faruk. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya