Eks KSAD Ipar SBY: TNI yang Garang di Kota, di Hutan Jadi Kucing

Mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo
Sumber :
  • AHY Instagram

VIVA – Video wawancara mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (purn) TNI Pramono Edhi Wibowo yang juga adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali ramai di media sosial. Video berisi soal tipe-tipe anak buahnya kembali diviralkan lantaran mengomentari sikap Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman yang begitu lantang memerintahkan anak buahnya untuk mencopot baliho Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab.

Jual Kain Kafan Ala Cosplay Pocong Secara Live, Respons Kocak Netizen Bikin Heboh

Sebelumnya, Dudung mengakui telah memerintahkan prajuritnya untuk menurunkan baliho spanduk dan baliho bergambar Habib Rizieq di wilayah DKI Jakarta.

Perintah itu turun setelah sebelumnya upaya penertiban baliho oleh Satpol PP gagal karena baliho dengan wajah Habib Rizieq kembali terbentang.

7 Fakta Truk Tanah Tangerang yang Lindas Kaki Bocah SD hingga Melanggar Jam Operasional

“Iya itu perintah saya, Satpol PP menurunkan dinaikkan lagi, itu perintah saya," kata Dudung Akhir pekan kemarin.

Dilihat VIVA Senin, 23 November 2020, di youtube Channel Pramono Edhie Wibowo itu ditayangkan sekitar enam tahun yang lalu ditonton sekitar 34 ribu. Dalam ceritanya, Pramono mengatakan ada tipikal anak buah yang berani di kota dan takut di hutan.

Motor Beserta Paketnya Ikut Dimaling, Kurir Ini Harus Rela Gajinya Dipotong Untuk Ganti Kerugian

“Biasanya kalau orang yang takutnya terlalu tinggi, saya perhatikan adalah orang yang kejam di basis dan itu penakut di hutan. Yang orangnya kalem di kota jago di hutan, berani. Kalau orangnya kayak jeger-negeri di kota, saya perhatikan penakut di hutan. Anak buah saya yang hebat-hebat kalau di kota berani, di hutan jadi kucing dia,” ujar Pramono dalam video tersebut.

Pramono menambahkan, dia mengenal anak buah cukup detail. Hal itu lantaran sejak lulus dari AKABRI 1980 dengan pangkat letnan dua, Pramono ditugaskan ke Timor-Timor. Di sana dia ditugaskan selama tujuh tahun hingga pangkatnya letnan kolonel.

Dari situ, Pramono mengetahui jika perang adalah proses mengadu kebersihan hati. “Perang itu adalah mengadu kebersihan hati, orang yang tidak bersih hati bisa dijawab di lapangan. Jadi kalau ada orang yang menggunakan perang untuk naik pangkat, nanti kena sendiri. Saya berkali-kali melihat itu,” kata Pramono. 

“Hanya ingin terlihat hebat dan memerintahkan prajuritnya dan tidak peduli pada prajurit akan kena sendiri,” ucap Pramono. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya