Anies Ungkap Alasan PSBB Totalnya Tidak Main-main

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Jakarta Pusat. Source: Dok. Pemprov DKI.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan kembali menegaskan bahwa kebijakan rem darurat untuk kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat berlandaskan data terkini pandemi COVID-19.

Sudah Ditemukan di Indonesia, Ini Bedanya Virus HMPV dan COVID-19?

Dia mengatakan, kebijakan tersebut tidak diputuskan dalam waktu singkat melainkan dengan mengukur setiap hari perkembangan penyebaran wabah corona, baik jumlah orang yang mati akibat virus tersebut hingga tingkat kasur rumah sakit.

"Dari angka 7.900 kasus 30 Agustus, 11 September itu menjadi 11.800, naik 49 persen dalam waktu 12 hari. Jadi 12 hari itu sumbang 25 persen dari seluruh kasus sejak 180 hari yang kita lewati," kata Anies di program Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa, 15 September 2020.

Virus HMPV yang Merebak di China Telah Ditemukan di Indonesia, Kenali Gejala Ini

Anies mengatakan, yang menjadi kekhawatiran utama dari penyebaran itu adalah jumlah kematian warga DKI Jakarta yang melonjak naik 12 hari terakhir. Jumlah kematian tersebut naik meskipun tingkat atau persentase kematiannya turun secara statistik.

Baca juga: Maling Setengah Telanjang Hanya Pakai Celana Dalam Tertangkap Basah

Deretan Fakta Virus HMPV yang Merebak di China, Akankah Jadi Pandemi Seperti Covid-19?

"Jadi angkanya meningkat kematiannya. Itu sebabnya ketika di September meningkat signifikan ini alarm yang amat mengkhawatirkan. Dan, berkali-kali saya katakan, mana ada pejabat yang mengatakan tenang tingkat kematian di Jakarta rendah," kata Anies.

Anies mencontohkan secara sederhana penyebab jumlah kematian di Jakarta akibat virus corona meningkat meskipun persentasenya turun. Kata dia, dari 100 kasus positif, 10 orangnya meninggal, maka didapati tingkat kematiannya 10 persen. 

Kemudian ketika jumlah kasus positif bertambah menjadi 1.000 orang dan yang meninggal dari jumlah itu sebanyak 50  orang, maka tingkat kematiannya hanya sebesar 5 persen. Padahal jumlah yang mati terlihat jelas naik terus.

"Oleh karena itu saya sering bilang, jangan lihat tingkatnya. Yang kita kubur bukan persentase, tapi manusia. Jangan pernah anggap kematian sebagai statistik. Kami ini manusia, suami, istri, kakak dan adik. Karenanya lihat jumlahnya ini semua yang kita perhatikan," ujar mantan Mendikbud itu. (ase)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati.

Dinkes Jakarta Imbau Warga Tak Panik Hadapi HMPV: Tak Seperti Covid-19

Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, menyatakan virus Human Metapneumovirus atau HMPV, bukan virus baru dan sudah dikenal di dunia medis. Untuk itu, masyarakat jangan panik.

img_title
VIVA.co.id
9 Januari 2025