Teganya, Depan Rumah Wiwik Ditutup Beton Bangunan Sekolah
- VIVA / Willibrodus (Jakarta)
VIVA – Sebuah bangunan salah satu sekolah swasta Pergunas 1 Jakarta Pusat dibangun menutupi akses jalan utama sejumlah warga RT 15 RW 03, Kelurahan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat. Bangunan yang sedang dalam proses pengerjaan ini membuat warga harus mencari jalan keluar masuk yang lebih jauh.
Wiwik Dwiyati (56 tahun), warga setempat yang akses jalannya ditutup ini, mengaku resah dengan bangunan sekolah tersebut. Bangunan tersebut berdiri persis di depan rumahnya.
Baca juga: Penyebab Ruko 3 Lantai di Cideng Roboh
"Kami sangat resah karena jalan ini benar-benar tertutup bangunan. Dindingnya mepet dengan pagar rumah. Saya dengan tetangga harus cari jalan lain yang lebih jauh," kata Wiwik, Jumat 4 September 2020.
Sekolah Pergunas 1 Cempaka Baru diketahui sedang dibangun oleh Yayasan Perguruan Nasional (Pergunas) dalam rangka mempeluas ruang untuk kegiatan belajar mengajar. Sekolah yang akan dibangun di tanah seluas 334,72 meter persegi tersebut didesain berlantai 2.
Menurut Wiwik, sekolah tersebut sebenarnya sudah mulai dibangun pada dua tahun yang lalu. Saat ini, gedung tersebut disegel oleh Suku Dinas Cipta Karya Pemerintah Kota Jakarta Pusat, karena belum memiliki surat izin mendirikan bangunan (IMB). Sejak awal disegel, pihak yayasan menutup gerbang sekolah, sehingga akses keluar masuk warga menjadi sulit.
"Itu gerbangnya ditutup, jadi kami enggak bisa lewat situ lagi. Mau enggak harus lewat belakang untuk cari jalan lainnya," ungkapnya.
Ia menambahkan, penyegelan gedung tersebut membuat pihak yayasan juga menutup saluran air di depan rumahnya. Alhasil, ia membuat saluran air baru dengan biaya sendiri.
"Masih ada akses jalan di situ. Lebarnya sekitar 1 meter, tapi kendaraan enggak bisa lewat," tambah Wiwik.
Saat ini, gedung tersebut telah mengantongi IMB yang dikeluarkan pada bulan Juli 2020 lalu. Kelanjutan pembangunan gedung tersebut kembali berlangsung. Ada 3 tiang yang baru didirikan di tengah-tengah area jalan seluas 1 meter tersebut. Pada akhirnya, akses jalan satu-satunya itu tertutup total karena ketiga tiang tersebut menempel dengan pagar rumah Wiwik.
“Dulu saya dikasih satu meter, terus setelah sudah dapat izin dari Dirjen Anggaran Kemenkeu, malah jadi nempel ke depan rumah saya. Harusnya disurvei dulu, saya enggak ada dimintai pendapat,” terang Wiwik.
Gedung berlantai 2 itu akan menghalangi jarak pandang Wiwik bersama keluarganya. Cahaya dan udara akan semakin minim masuk ke rumahnya.
Mediasi antara Wiwik beserta tetangganya telah dilakukan berkali-kali dengan pihak yayasan. Namun, Wiwik malah mendapat somasi dari pihak pemerintah setempat karena dianggap menghambat jalannya pembangunan sekolah tersebut.
“Saya dapat surat dari Pak Lurah. Ada yang ngelaporin ke Kelurahan dan saya dibilang menghambat pembangunan sekolah ini. Saya kaget, wah kebetulan saya diundang, jadi uneg-uneg saya bisa tersampaikan pada saat mediasi itu,” paparnya.
Menurut penuturannya, pihak kelurahan berpesan untuk dibicarakan secara kekeluargaan, karena antara Wiwiek dengan pihak Yayasan Pergunas adalah satu saudara.
Pihak kelurahan meminta tembok ditangguhkan dahulu. Namun, pihak Yayasan tidak mengindahkan dengan tetap memasang tiang-tiang fondasi yang nyaris menempel dengan rumah Wiwik.
“Jadi enggak dihiraukan semua. Yayasan tetap bersikeras. Lurah saja enggak bisa, boro-boro kami. Harus ngadu ke mana lagi ya? Saya minta keadilan. Silakan dibangun, tapi saya minta dikasih jalan aja. Tolong deh,” pintanya. (ren)