Dibanding Pesawat, Benarkah Bioskop Lebih Aman dari COVID-19?

Pekerja memasang tanda jaga jarak saat simulasi pembukaan dan peninjauan tempat hiburan bioskop. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera mengizinkan operasional bioskop yang sebelumnya ditutup karena pandemi COVID-19. Pembukaan bioskop di masa pandemi ini tentu dengan penerapan ketat protokol kesehatan dan evaluasi secara bertahap dari pemerintah DKI.

Pesan Anies ke Pramono-Rano saat Pimpin Jakarta

Pembukaan bioskop ini diklaim karena penyebaran COVID-19 di DKI Jakarta relatif terkendal. Sehingga, bioskop dibuka paling terakhir dibanding tempat atau fasilitas publik maupunn transportasi di masa pandemi.

Baca: Gugus Tugas: Pembukaan Bioskop Bisa Tingkatkan Imunitas Masyarakat

Film Art Tak Dapat Jatah Tayang Lebih Lama, Melly Goeslaw Protes

Meskipun demikian, muncul pro kontra dengan pembukaan bioskop. Salah satunya muncul kekhawatiran kalau bioskop berpotensi menimbulkan klaster baru COVID-19 di Ibu Kota.

Tapi, pihak pemprov mengatakan bahwa pembukaan bioskop ini sudah melalui kajian para ahli dan para pengusaha bioskop sudah siap menerapkan protokol pencegahan COVID-19 sejak Juni 2020 lalu. Disamping itu, keamanan bioskop dari penularan COVID-19 juga diklaim lebih baik dibanding pesawat dan restoran.

Anies Yakin Pramono-Rano Menang Pilkada Jakarta Satu Putaran: Ini Bukan Ramalan Cuaca

"Bioskop lebih aman dari pesawat, lebih aman dari restoran, itu menurut para ahli," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ariza Patria di tvOne, Kamis, 27 Agustus 2020.

Menurut Ariza, berada di pesawat di masa pandemi ini lebih rentan penularan. Apalagi, tempat duduk penumpang berdekatan, tempat terbatas atau sempit, waktu lebih lama dan sirkulasi udara sangat terbatas.

Sementara di restoran, kata Ariza, bisa jadi ruangan lebih besar tapi antar orang sangat mungkin saling berhadapan dan umumnya berinteraksi satu sama lain alias ngobrol. Belum lagi ada interaksi dengan banyak orang, seperti pelayan, kasir dan lainnya.

Sedangkan kondisi di bioskop cukup unik. Disamping tentunya menerapkan protokol kesehatan 3 M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, ruang bioskop menurut Ariza kedap udara dan aerosolnya cuma 0,3 persen. Ventilasi udaranya juga lebih baik karena tinggi. 

"Di dalam bioskop potensi penularan rendah karena duduk tidak berhadapan, umumnya juga tidak bicara, itu baik sehingga tidak droplet," ungkapnya.

Pihak pemprov juga nantinya akan mengatur kapasitas dan jarak kursi antar penonton di bioskop. "Sedang dilakukan kajian berapa (kapasitas bioskop di masa pandemi). Apakah 50 persen atau 30 persen, sedang dikaji," ujar Ariza.

Ilustrasi social distancing di bioskop/menonton bioskop.

Pakar Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan pada prisipnya setiap kegiatan yang menghimpun banyak orang di masa pandemi ini memiliki potensi penularan terhadap virus. Termasuk soal wacana pembukaan bioskop.

Setidaknya, ada tiga pihak yang bisa memastikan pembukaan bioskop di masa pandemi ini aman dari COVID-19. Pertama, pelaku industri bioskop harus mampu memastikan bioskop yang dikelolanya aman dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. 

Kedua, pihak pemerintah daerah yang perlu memastikan pengawasan atas penerapan protokol kesehatan di bioskop berjalan dengan baik. Mengatur kapasitas bioskop dan durasi sinema yang akan ditayangkan. Ketiga adalah penonton. 

Menurut Pandu, penonton juga harus disiplin mematuhi protokol kesehatan selama berada di bioskop. Mengenakan masker selama di bioskop, menjaga jarak dan mencuci tangan. 

"Kalau tidak dipatuhi, ada pelanggaran, maka (bioskop) menjadi tidak aman. Aman itu jadi persyaratan kalau semua terpenuhi. Membuat bioskop aman memang tidak mudah tapi bisa. Nah, ini yang harus dipastikan, kalau bisa silahkan, go ahead," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya