IDI Klaim Banyak Tenaga Medis di Depok Belum Dapat Uang Insentif
- VIVA/Zahrul Darmawan
VIVA – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Kota Depok Sukwanto Gamalyono mengaku sering mendapat aduan atau keluhan dari para tenaga medis. Beberapa hal yang kerap disampaikan adalah soal insentif dan masalah kelengkapan alat pelindung diri (APD).
“Kalau bicara uang, bagi seorang dokter, rasanya adalah tabu. Keluhan banyak, misalnya, [insentif] belum terbayar. Tapi, menurut saya, karena dana COVID dari Kemenkes belum turun kan,” katanya saat ditemui di Rumah Sakit Hermina, Depok, pada Rabu, 26 Agustus 2020.
Namun dia belum mendapatkan data pasti tentang jumlah tenaga medis yang belum menerima dana insentif. Biasanya, para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit swasta. Sejauh ini rumah sakit swasta memang terdampak cukup besar, berbeda dengan rumah sakit pemerintah yang semua pegawainya digaji oleh negara.
Baca: Depok Zona Merah COVID-19, Waspada Klaster Rumah Tangga
Gamalyono menyebutkan, rumah sakit swasta terdampak cukup signifikan karena jumlah pasien yang menurun drastis. Dampaknya bukan kepada dokter saja, perawat juga. Penurunan bisa mencapai 60 persen.
IDI Depok juga kerap mendapat keluhan soal APD dan perlengkapan lain seperti masker. Bahkan, katanya, ada beberapa rumah sakit yang menyerah karena tak sanggup memenuhi kebutuhan masker.
Persoalan lainnya adalah dari segi waktu dan tenaga akibat kurangnya sumber daya manusia (SDM). Para tenaga medis memerlukan waktu untuk istirahat yang cukup demi menjaga stamina tubuh tetap bugar sehingga tidak rentan terserang penyakit.
Menurut Gamal, hampir semua yang menjadi masalah adalah dokter-dokter dengan usia di atas 60 tahun dianjurkan tidak melakukan kegiatan pelayanan kesehatan karena risiko tinggi. Kondisi ini membuat dokter-dokter muda harus bekerja lebih ekstra. Masalahnya, jumlah dokter-dokter muda pun tidak memadai.
Dia bersyukur masih mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Depok. "Ada beberapa kali kita ditinjau, dilihat semua, bahkan dikasih prioritas jika ada yang terkena; tim medis bukan tim dokter saja, semua dijanjikan mendapat perawatan yang lebih baik.”