Anies Marah-marah, Toa Rp4 M Tidak Bisa Cegah Banjir Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah).
Sumber :
  • VIVA/ Syaefullah

VIVA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan marah-marah kepada anak buahnya. Dia tak habis pikir jika jajarannya memilih Disaster Early Warning System (DEWS) atau toa untuk memberikan informasi peringatan banjir di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Namun toa tidak berfungsi dengan baik.

Ahok Ungkap Alasan Anies Absen Kampanye Akbar Pramono-Rano

"Ini bukan early warning system, ini toa. This is not a system," kata Anies dalam akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Jumat 7 Agustus 2020. 

Anies naik pitam lantaran setiap tahunnya Jakarta selalu banjir dan penggunaan toa tidak efektif. Diketahui, anggaran pembelian toa yang dipasang di 14 kelurahan itu mencapai Rp4 miliar. Pernyataan ini dilontarkan Anies ketika melakukan rapat pimpinan mengenai pengendalian banjir.

Anies Absen Kampanye Akbar Pramono-Rano, Ahok, Foke dan Ketum JakMania Hadir

Baca juga: Cerita Kompol Vivick Bongkar Persembuyian Ratu Ekstasi 

Rapat tersebut disiarkan lewat Youtube resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di sana, Anies mempertanyakan dari mana asal Disaster Early Warning System (DEWS) atau toa. Kemudian anak buahnya menjawab jika itu berasal dari Jepang sebagai barang hibah.

Anies 'Dinaturalisasi' PDIP untuk Dongkrak Elektabilitas Pram-Doel, Kemana Megawati?

"Pertanyaan sederhana, kenapa Jepang pakainya beginian? Sering tsunami. Kalau banjir, kira-kira antara peringatan dan kejadian berapa menit? Lama, lah kenapa pakai alat begini? Ini dipakai karena tsunami. Kenapa? begitu ada tanda gempa, harus ada warning tsunami, maka pemberitahuannya harus cepat. Lah, kalau Katulampa sampai Jakarta berapa jam," tambahnya. 

Maka, tidak perlu lagi toa atau alat peringatan banjir yang saat ini terpasang. Karena sudah bisa memanfaatkan dengan adanya toa di masjid atau melalui aplikasi digital.  "Semua masjid bisa dipakai, semua WhatsApp bisa," katanya. 

Serta, tidak perlu lagi pengadaan barang DEWS lagi untuk dipasang di Jakarta. "Enggak perlu ini semua. Jadi jangan diteruskan belanja ini dan ini boleh jadi museum. Contoh sukses promosi barang, hibah dulu, lalu kita suka, lalu kita enggak berpikir maksudnya karena kita cuma berpikir alatnya. ini akhirnya menjadi enggak relevan. Coba BPBD dicek, berapa alat yang enggak berfungsi banjir kemarin? Bapak belum bertugas ya, itu banyak yang tidak berfungsi pada saat banjir," ujarnya. 

Lebih baik, lanjut Anies, early warning systemnya gunakan WhatsApp, masjid, dan tempat yang ada speaker. "Toa ini sudah terlanjur ada, ya sudah dipakai. Tapi tidak usah ditambah. lalu bangunnya sistem, jangan bangun toa seperti ini," ucap dia.

Cagub Cawagub Jakarta Pramono-Rano Karno bertemu Anies Baswedan

Survei Elektabilitas Berada di Puncak, Jubir Pramono-Rano Efek Ahokers dan Anak Abah Bersatu: Insya Allah Satu Putaran

Jubir Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno, Aris Setiawan Yodi optimistis paslonnya bisa menang satu putaran berkat efek ahokers dan anak abah.

img_title
VIVA.co.id
24 November 2024