Kompol Ocha, Polwan Paling Ditakuti Bandar Narkoba
- VIVA / Andrew Tito (Jakarta)
VIVA – Komisaris Polisi Rosana Albertina Labobar sempat naik namanya di pada tahun 2017 lalu, lantaran menjadi salah satu polwan menjadi garda terdepan pengungkapan peredaran sabu seberat satu ton di Banten. Kompol Ocha (begitu dia disapa) saat itu menjabat sebagai Wakasat Narkoba Polresta Depok yang tergabung dalam Satgas Merah Putih.
Kompol Ocha, merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 2007 mengawali karirnya di Polda Sulawesi Tenggara sebagai Kanit Reskrim.
Setelah itu, ia menjabat Kapolsek dan tak lama kemudian sebagai Kasat Reskrim di salah satu Polres Sulawesi Tenggara, saat di Sulawesi, Kompol Ocha menoreh prestasi dengan mengungkap peredaran narkoba jenis sabu seberat 135 Kg.
Baca juga:Â
Kisah Kompol Arsya Khadafi Ungkap Kasus Pembunuhan Tersulit
Kompol Ronaldo Maradona, Polisi Pengacak-acak Jaringan Narkoba
"Setelah itu saya PTIK dan selesai dari sana ditempatkan di  Dir IV Narkoba Bareskrim Polri Sulawesi Tenggara di sana saya ungkap 135 Kg sabu," ujar Ocha saat berbincang dengan VIVA.
Prestasi ratusan Kg sabu itu, membawa Ocha dipromosikan berdinas di wilayah Hukum Polda Metro Jaya sebagai Wakasat Narkoba Polresta Depok pada 2017 selama enam bulan. Dari hasil ungkapan sabu 1 ton itu, Ocha dapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) setingkat lebih tinggi.
Ia pun kemudian dipindahkan menjadi Kanit Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Selama tiga tahun di Polda Metro Jaya dengan berbagai ungkapan baik menangkap bandar kelas kakap hingga menangkap sejumlah artis yang terlibat narkoba.
Berbagai prestasi pengungkapan peredaran narkoba yang dilakukannya, Ocha kembali dipromosikan dan kini menduduki jabatan Wakasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat.
"Saya dipercaya jadi Wakasat Narkoba di Polres Metro Jakarta Barat," ujarnya.
Dalam bincang bincang dengan VIVA, Ocha mengaku rindu akan berburu dan pengungkapan peredaan narkoba kelas kakap, karna dirinya yakin para bandar narkoba kelas besar tidak berhenti begitu saja usai anak buah atau kaki tangannya tertangkap.
Ocha yang ahli dalam melidik keberadaan para pengedar dan bandar Narkoba kini harus duduk manis saja di meja kerja. Sebab, jabatannya sebagai Wakasat Narkoba membut ia banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan.
Rasa jenuh pun terkadang menghinggapi dirinya kala semua anggotanya sibuk melakukan pengungkapan di lapangan, ia hanya bisa melakukan monitor saja di kantornya.
"Rindu sih, karena saya tiga tahun di lapangan, mulai dari penyelidikan, penangkapan," ucap Ocha.
Ocha pun bercerita bagaimana proses pengungkapan Sabu 1 ton di Banten pada 2017, ia setiap hari harus melakukan penyelidikan. Kemudian melakukan pemantauan lapangan untuk mengetahui apakah sabu itu sudah sampai di Banten atau belum.
Bahkan, waktu untuk keluarganya pun berkurang karena selama penyelidikan sabu 1 ton terhitung 2 bulan 1 minggu ia hanya pulang ke rumah setiap hari Sabtu.Â
Ocha mengatakan pulang ke rumah bukan berarti ia bisa bersantai-santai, ia justru harus terus memantau pergerakan para pelaku yang membawa sabu.
"Jadi saya pulang tengah malam sekali dalam seminggu, nanti subuh saya sudah harus berangkat lagi. Karena kan penyelidikannya harus ekstra untuk dapat hasil yang memuaskan," ujarnya.
Meski kesibukan selama 2 bulan lebih, tapi Ocha mengaku selalu berkomunikasi dengan anak dan suaminya melalu video call. Sehingga, kerinduannya selama ia menjalankan dinas bisa terobati.
"Kalau sekarang saya waktu luang banyak. Ya kita nikmati ini pekerjaan saja. Kalau saya puji tuhan keluarga mendukung (pekerjaan saya). Saya benar-benar diberi kesempatan kerja maskimal karena bagi keluarga kalau saya kerja maksimal dan ada hasil dan prestasi keluarga sangat bangga jadi mendukung apalagi orang tua," ujarnya.