Kisah Kompol Arsya Khadafi Ungkap Kasus Pembunuhan Tersulit

Komisaris Polisi Teuku Arsya Khadafi
Sumber :
  • VIVA / Andrew Tito (Jakarta)

VIVA – Kasus pembunuhan selalu membawa cerita sendiri dalam pengungkapannya. Ada yang dibunuh karena dendam, sakit hati hingga tidak sengaja dibunuh karena memergoki aksi kawanan bandit jalanan yang nyolong di rumah.

Oknum TNI Diduga Terlibat Pembunuhan Pria di Deliserdang Terancam Hukuman Mati

Begitu pula yang diungkapkan Komisaris Polisi Teuku Arsya Khadafi. Dia pernah menjadi salah satu orang yang berhasil mengungkap kasus pencurian dengan kekerasan yang menyebabkan korban meninggal dunia.

Kepala Satuan Reserse Polres Metro Jakarta Barat ini menjelaskan, kasus itu terjadi pada tahun 2016 di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Kejadian ini mengakibatkan ibu dan anak tewas mengenaskan. Saat itu dia berdinas di Subdit Resmob Polda Metro Jaya.

Deretan Kasus Polisi 'Pencabut Nyawa' Sepanjang 2024, Tembak Mati Rekan hingga Ibu Kandung

Baca juga: Kompol Ronaldo Maradona, Polisi Pengacak-acak Jaringan Narkoba

Lulusan Akademi Polisi tahun 2003 ini mengatakan jika dia dan timnya hanya diberi waktu satu minggu untuk menangkap pelaku. Namun dengan kerja keras, hari kelima pelaku ditangkap. Dia orang terdekat korban.

Oknum TNI Diduga Terlibat Pembunuhan Pria di Deliserdang, Mayatnya Dibuang ke Kolam

"Kita kesulitan untuk ungkap kasus itu karena beberapa hal. Pertama ketika datang ke lokasi kejadian sudah tidak steril karena dipenuhi warga," ujar Arsya kepada VIVA, Rabu 29 Juli 2020. 

Melihat kondisi ini, Arsya dan timnya putar otak. Semua lokasi diendus hingga ke sungai. Anjing pelacak mengarah benda yang dipakai pelaku dibuang ke sungai. Ternyata benar saja dia dapat petunjuk. Satu persatu mulai ada titik terang.

Selanjutnya, Arsya dan anak buahnya mendapatkan kemudahan lantaran saudara korban yang berada di Hong Kong menghubunginya dan memberikan beberapa petunjuk kunci untuk mendapatkan pelaku. Ternyata benar saja, pelakunya langsung  tertuju pada orang yang tinggal di belakang rumah korban.

"Pelaku ternyata residivis yang baru keluar 2 bulan yang tinggalnya di kompleks belakang rumah korban. Awalnya melakukan pencurian dengan pemberatan karena biasa aman, pintu depan enggan dikunci. Pelaku masuk, ternyata ada orang di rumah di mana anak kecil teriak, akhirnya yang di di rumah ada ibu dan anak, dua-dua dibunuh pelaku. Di hari kelima berhasil ditangkap," ucap Arsya yang mendapat predikat polisi ganteng itu.

Arsya bukan kali itu saja menangani kasus pembunuhan yang terbilang rumit. Dia pernah terlibat lagi mengungkap kasus berat yang menjadi perhantian warga.

Masih di tahun 2016, kata Arysa ada pula kasus penemuan mayat yang dimasukan ke dalam box dan di buang di bawah tol PIK. Mayat itu merupakan korban pembunuhan. Mayat peremuan tersebut diketahui dibunuh oleh teman kencannya sendiri yang baru dikenal korban.

Namun, bedanya dengan kasus ibu dan anak, pembunuhan wanita oleh teman kencannya itu banyak diberikan petunjuk.  Salah satunya CCTV. " Pelakunya kita tangkap di Apartemen Marina Ancol," tutur Arsya.

Arsya menuturkan 90 persen pengungkapan kejahatan itu dimulai dari tempat kejadian perkara (TKP). Menurutnya, untuk mengungkap kasus dibutuhkan olah TKP, karena banyak ditemukan petunjuk. "Karena enggak ada kejahatan yang sempurna. Pasti ada petunjuk," kata dia.

Dari pengalamannya menangani banyak kasus, dia mengatakan jika pembunuhan itu sebagian besar itu crime of passion. "Jadi kejahatan yang terjadi karena ada amarah. Nah amarah itu baru ada saat orang berinteraksi, terisnggung dengan ucapan, cinta ditolak. Nah itu yang buat sebagian besar. Tidak semua pembunuhan, pelakunya orang dekat," ucap Arsya.

Lulusan terbaik dalam Pendidikan Sespimen Polri Angkatan 57 ini mencontohkan, kasus pencurian dengan kekerasan yang korbannya meninggal itu tidak saling kenal. Dia menegaskan, seseorang yang berniat membunuh itu membutuhkan keberanian yang tidak main-main dan tidak semua orang secara psikis mampu membunuh.

Bahkan, untuk beberapa kasus, lanjut dia, pelaku tidak sengaja membunuh korban dan akan dihantui rasa ketakutan. 

"Contohnya jambret di Tambora yang korban enggak sengaja nabrak pelaku, korban meninggal. Pelakunya merasa dihantui padahal enggak berinteraksi langsung ya. Tapi korban meninggal dan dia merasa dihantui. Kalau memang pembunuhan itu bukan kejahatan biasa. Sampai korban meninggal kalau ga sudah direncanakan. Ya crime of passion," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya