Sebab PSBB Transisi DKI Diperpanjang: Ada Percepatan Penularan Corona
- VIVA/ Syaefullah
VIVA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan hari ini telah memperpanjang kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi selama dua pekan ke depan. Salah satu penyebabnya, ada indikasi percepatan penularan COVID-19.
Anies menjelaskan, itu tergambar dari data Ro dan Rt di Jakarta yang meningkat pada pekan kedua Juli 2020, setelah sebelumnya tercatat melandai atau terbilang stagnan dari data awal penularan wabah pada Maret 2020.
Hingga 12 Juli 2020, dia melanjutkan, angka Rt atau reproduksi efektif di Jakarta mengalami kenaikan menjadi 1,15 dari sebelumnya selama beberapa pekan terakhir ini selalu di bawah angka 1 atau terbilang stabil.
"Karena itu kita berada di atas satu sekarang, tandanya ada pergerakan percepatan penularan, karena itu kita harus ekstra waspada," tegas Anies, Kamis, 16 Juli 2020.
Baca juga: Update Corona Jakarta 16 Juli: 15.477 Positif, 721 Meninggal
Dengan data itu, dia mengatakan, maka setiap satu orang yang terjangkit positif COVID-19 di Jakarta, maka telah menularkan lebih dari satu orang. Padahal, jika sebelumnya di bawah 1 maka setiap satu orang terjangkit hanya menularkan terhadap kurang dari satu orang.
Selain angka penularan yang meningkat, Anies melanjutkan, tingkat penggunaan tempat tidur atau bed occupancy rate untuk isolasi di rumah sakit rujukan juga meningkat dari sebelumnya 34 persen menjadi 45 persen.
"Ya, memang masih di bawah separuh dari kapasitas kita, tapi ada kenaikan 11 persen dalam seminggu terakhir, sementara untuk ICU turun dari semula bed occupancy rasionya 31 persen jadi 25 persen," kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Terlebih, Anies menekankan, data itu semakin objektif karena saat ini jumlah tes COVID-19 yang dilakukan di Jakarta mencapai 3.610 orang per satu juta penduduk atau 3,6 kali lipat dari yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Maka kami bisa yakin bahwa data yang dihasilkan menggambarkan kondisi Jakarta yang sesungguhnya. Bila kita melakukan di bawah itu maka data yang digunakan tidak bisa menjadi acuan pengambilan keputusan," tuturnya.