Intip Masinis Milenial di Kabin Commuter Line

Rangkaian KRL Commuter Line melintas dikawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Bante
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

VIVA – Pria muda itu bergegas menuju Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line di Stasiun Bogor, Jawa Barat. Bukan ke gerbong penumpang, melainkan masuk ke dalam kabin depan kereta.

Banjir Rob di Jakarta Utara: 16 Perjalanan KRL Dibatalkan, Jalur Rel Tergenang hingga 15 Sentimeter

Berbaju putih dipadu celana panjang biru dongker, topi, dan sarung tangan, dia lantas mengecek kesiapan si ‘ular besi’ itu.

Dia memastikan semua mesin harus berfungsi normal. Seluruhnya dicek. Dari rem, lampu, manometer, speedometer, tegangan listrik, radio lokomotif, handle hingga pedal. Sesaat kemudian, lelaki berambut pendek ini menginformasikan bahwa sinyal yang akan dilalui sudah aman.

Tegas! KAI Commuter Blacklist Pelaku Pelecehan Wanita, Dilarang Naik KRL Seumur Hidup

Lewat radio lokomotif, dia memberitahukan kepada petugas pelayanan kereta di kabin belakang bahwa pintu penumpang sudah aman dan bisa ditutup. Kaki kanannya lalu menginjak sebuah pedal.

Suara nyaring lantas terdengar dari KRL. Tak lama berselang, kereta yang membawa ribuan orang itu pun bertolak dari Stasiun Bogor. 

Penumpang Wanita KRL Commuter Panik, HP dan Dompet Kena Copet

Adalah Jevi Santosa, pria yang mengemudikan KRL tersebut. Pemuda 24 tahun itu merupakan masinis muda PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Sejak 2015, dia bergabung dengan anak usaha salah satu perusahaan pelat merah itu.

KRL Commuter Line Jabodetabek

Pemuda rantau dari Tanah Minang ini tidak mengira cita-cita kecilnya menjadi masinis bisa tercapai. Awalnya, selepas Sekolah Menengah Atas (SMA) jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, dia selalu memantau lowongan penerimaan kerja yang dibuka PT Kereta Api Indonesia. 

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Pada Februari 2015, lamarannya diterima oleh PT KAI. Namun, dalam benak Jevi masih terbersit tanya, apa mungkin langkahnya menjadi masinis menjadi kenyataan.

Sebab, langkah menggapai impian itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Pendidikan menjadi masinis begitu rumit. Namun, dia maklum. Sebab, pekerjaan yang dia emban nanti melibatkan banyak nyawa.

Berbekal dukungan dan doa orangtua serta keluarga dari Padang, kegigihannya berbuah manis. Pada akhirnya, dia bisa mencapai batas minimal jam terbang untuk menjadi masinis muda, yaitu minimal 4.000 jam.

Pada Agustus 2017, usai menjalani pendidikan selama satu setengah tahun, Jevi diangkat dari asisten masinis menjadi masinis muda. Dia lantas mengantongi Awak Sarana Perkeretaapian atau bisa disebut Surat Izin Mengemudi bagi masinis, agar bisa mengoperasikan KRL.

Jevi lantas ditempatkan di UPT Crew KA Bogor. Setiap hari, dia harus ke Stasiun Bogor dahulu. Dari sana, dia mengoperasikan KRL ke Stasiun Jakarta Kota atau Stasiun Jatinegara. Tak dipungkiri, rasa cemas dan khawatir sempat mendera kala harus mengoperasikan KRL seorang diri, mengingat taruhannya adalah banyak nyawa.

Namun, hal itu sirna dengan keinginan kuatnya, untuk memberi pelayanan yang memuaskan penumpang, serta membuat orangtua dan keluarganya bangga atas pencapaiannya selama ini.

Dalam sehari, biasanya dia melakukan dua kali perjalanan dinas pulang pergi, Bogor-Jakarta Kota dan sebaliknya. Perjalanan dinas masinis KRL, menurut dia, tidak pernah lebih dari dua kali.

Dua jam lamanya waktu perjalanan dari Stasiun Bogor ke Jakarta Kota. Maksimal delapan jam dia di dalam kabin, kemudian diganti masinis lain.

Alasannya, tingkat fokus masinis harus terjaga. Hal itu mengingat sepanjang perjalanan mereka tidak hanya diam tapi harus menghafal semboyan atau rambu-rambu kereta api.

Masinis milenial PT KCI.

"Jadi sebelum dinas itu memang diperiksa dulu oleh namanya penyelia. Kesehatannya, dokumennya harus diperiksa dulu. Jadi tidak sembarangan langsung naik aja gitu. Kalau tidak fit nanti diganti," ujar Jevi kepada VIVAnews, Jumat, 21 Desember 2019.

Tidak ada waktu untuk berhenti makan saat berdinas. Sebab, waktu berhenti di stasiun tujuan akhir hanya 15 menit lamanya. Setelah itu, dia harus bertolak lagi sampai waktu dinasnya rampung.

Untuk itu, dia mengaku sebelum berdinas harus makan secukupnya agar perutnya tidak keroncongan di tengah tugas. Masinis tidak diperkenankan makan dalam kabin lantaran bisa mengganggu konsentrasi.

Jevi mengaku tidak pernah tiba-tiba lapar dalam dinas. Dia pun tidak pernah tiba-tiba mau buang air dalam perjalanan. Biasanya, dia memanfaatkan waktu 15 menit untuk ke toilet saat KRL tiba di stasiun akhir.

Momen Berkesan

Selama menjadi masinis, anak kedua dari empat bersaudara ini kerap melewatkan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga di kampung halamannya. Sebab, pada Hari Lebaran pun, dia harus melayani penumpang.

Sempat terbersit rasa iri melihat orang lain bisa berkumpul dengan keluarga di Hari Kemenangan, tapi hal itu terobati karena dia bisa menjadi penyambung bagi mereka yang bepergian untuk bersilaturahmi. Jevi menganggap semua hal tersebut sebagai ibadah. 

Jevi merasa lebih banyak suka ketimbang duka selama mengemban tugas menjadi masinis. Bisa terus mengantar penumpang sampai ke stasiun tujuannya dengan aman dan nyaman, menjadi kepuasan tersendiri. Berjumpa dengan orang baru setiap harinya, menurut dia, sangat menyenangkan. 

Pembaruan sistem tiket commuterline

Ada satu momen paling berkesan selama dia menjadi masinis. Itu terjadi sekitar satu tahun lalu di Stasiun Bogor. Dari dalam kabin, dia mendengar langkah kaki di luar kabin menuju ke arahnya. Awalnya, dia mengira langkah kaki itu berasal dari anggota PPK yang hendak tukar posisi dengannya. Ternyata, itu adalah langkah kaki seorang bocah.

Dari luar kabin, bocah itu memangil Jevi 'pak masinis'. Kemudian si bocah berkata "Terima kasih Pak Masinis. Sambil dia dadah-dadah, sambil dia bilang nanti hati-hati ya. Itu menurut saya adalah sesuatu yang menambah energi positif bagi saya. Itu yang paling berkesan," kata Jevi.

Adapun dukanya, dia alami saat ada aksi vandalisme terhadap gerbong kereta. Tak hanya itu, ia pun pernah mengalami insiden pelemparan batu. Batu pernah melayang ke arah kabin. Padahal itu bisa membahayakan dia dan seluruh penumpang yang dibawanya. 

Pengendara yang menerobos palang kereta di perlintasan sebidang pun menjadi pengalaman tak menyenangkan. Hal ini, menurut dia, sangat mengganggu pekerjaannya. Namun, dia tidak trauma akan hal ini. Ia menganggap semua ini adalah tantangannya dalam berkarier.

Jika tidak dinas, Jevi mengaku beraktivitas sama dengan anak muda pada umumnya. Berkumpul dengan teman-teman, misalnya. Selain itu, dia jalan-jalan dengan kekasihnya. 

Masinis milenial PT KCI

Tapi, lantaran tengah menempuh S1 di Universitas Pancasila, Jakarta Selatan, Jevi menyebut waktunya banyak dihabiskan untuk kuliah. Sejak 2017, dia menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi, jurusan Ekonomi Manajemen. 

Saat ini, dia sudah memasuki semester lima. Jika pulang kerja kemudian ada jadwal kuliah, dia langsung bertolak dari Stasiun Bogor ke Stasiun Universitas Pancasila dengan naik KRL, tapi sebagai penumpang. 

Dia tak akan terlalu memforsir tenaganya di luar aktivitas dinas karena harus fit untuk bertugas esok harinya. "Istirahat saya juga harus dijaga, harus cukup karena dinas saya," katanya.

Generasi Milenial

Selain Jevi, KCI ternyata punya masinis milenial lainnya. Saat ini, jumlahnya ada 350 orang. Proses perekrutan mereka dikelola oleh PT KAI selaku perusahaan induk.

Vice President Corporate Communications PT KCI, Anne Purba mengemukakan, perekrutan dilakukan secara umum di berbagai daerah. Para kandidat harus memenuhi kriteria perekrutan.

Di antaranya, tinggi badan minimal 165 sentimeter, berbadan sehat, berusia minimal 18 tahun dan maksimal 25 tahun. Selanjutnya, pendidikan minimal SMA jurusan IPA atau SMK jurusan mesin, otomotif, elektronika, listrik, telekomunikasi, bangunan, serta sipil. Selain itu, proses seleksi yang harus dilalui meliputi seleksi administrasi, psikotes, wawancara, dan tes kesehatan.

Masinis milenial PT KCI.

Setelah kandidat diterima, para calon masinis mengikuti pelatihan diklat fungsional masinis. Diklat terdiri atas pelajaran di kelas selama dua bulan, dilanjutkan dengan praktik di lintas dan simulator KRL selama empat bulan.

Setelah lulus diklat, mereka menempuh pendidikan dengan menjadi asisten masinis selama 2.000 jam. "Setelah menjalani periode tersebut, masinis selanjutnya mengambil sertifikat 0.64 untuk menjadi masinis,” ujar Anne.

Dia menambahkan, “Saat sudah berdinas, setiap hari seorang masinis bekerja maksimal selama delapan jam. Periode ini dihitung mulai dari proses lapor hingga selesai berdinas. Dalam satu minggu mereka maksimal bekerja selama 40 jam”.

Masinis muda juga harus melakukan pengenalan lintas di jalur yang ditugaskan. Proses pengenalan lintas membutuhkan waktu sekitar satu pekan. Kinerja para masinis milenial yang mereka miliki secara umum dinilai sangat baik. 

Hal tersebut, menurut dia, terbukti dari jumlah kesalahan yang disebabkan oleh human error dari awak sarana perkeretaapian sangat minim. Jika masih ada gangguan atau kondisi kurang aman, menurut Anne, hal tersebut mayoritas karena kondisi-kondisi lain maupun eksternal yang tidak dapat dihindari. 

Kereta KRL Commuter Line bersiap lewati perlintasan sebidang di Jatinegara

Kehadiran masinis milenial ini juga dinilai sangat membantu PT KCI dalam melakukan edukasi, terkait perkeretaapian dan profesi sebagai masinis. Itu lantaran banyak dari mereka aktif di media sosial, bahkan punya jumlah follower puluhan ribu orang.

Hal tersebut diyakini akan berdampak positif pada citra PT KCI. Sebagai penyedia jasa transportasi, KCI juga dapat menjadi pilihan bagi generasi milenial untuk berkarya.

Tak jarang, para masinis milenial ini diminta ikut berbagai acara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama milenial dari perusahaan lain, di berbagai daerah di Indonesia. Kesempatan itu sangat dinantikan dan memberi ruang bagi mereka, untuk berkontribusi dalam berbagi bentuk program pemerintah. 

Meski begitu, dengan adanya perhatian masyarakat yang begitu besar kepada mereka, pihaknya juga harus menjaga agar para masinis milenial ini tetap menjalankan tugasnya secara disiplin. "Untuk itu kami rutin menggelar sharing session dengan milenial,dan melakukan pembinaan-pembinaan," ujar Anne.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya