Sup Kelelawar di Wuhan Diduga Jadi Biang Virus Corona

Ilustrasi sup kelelawar.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Para ilmuwan di China menduga virus Corona berasal dari kelelawar. Di kota Wuhan, wilayah virus Corona pertama kali ditemukan, memiliki satu hidangan populer yakni sup kelelawar.

Gejalanya Mirip Flu Biasa, Awas Risiko Serius Virus RSV yang Meningkat di Musim Hujan

Di tengah mewabahnya virus Corona yang hingga kini sudah menyebabkan tewasnya 17 orang, muncul beberapa foto sup kelelawar utuh yang dimasak dengan semacam kuah kaldu. Dalam beberapa gambar, kelelawar tersebut bahkan masih utuh dengan bulu, dan terlihat seperti mati kesakitan sebelum dimasak dan dijadikan bahan makanan.

Sementara itu, dalam sebuah video terlihat seorang gadis memasukkan kelelawar kecil ke dalam mulutnya dengan menggunakan sumpit. Kaldu untuk kuah sup itu diperoleh dengan cara merebus kelelawar di dalam panci. Lalu, daging hewan itu ditambahkan ke dalam kaldu.
 
Di beberapa negara di dunia, mengonsumsi kelelawar adalah tindakan ilegal karena bahaya penyakit zoonosis. Kelelawar diketahui membawa virus Ebola dan Marburg, meneruskannya ke manusia yang bersentuhan dengan mereka.

Kenali Penyakit Hepatitis, IDI Woha Bagikan Informasi Pengobatan yang Tepat

Dilansir The Sun, Jumat, 24 Januari 2020, dalam sebuah pernyataan, para peneliti mengatakan penyebab alami virus Corona di Wuhan bisa jadi karena kelelawar. Namun, antara kelelawar dan manusia mungkin ada perantara yang tidak diketahui. 

Seorang peneliti senior di Institut Virologi Wuhan, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan temuan itu harus diperlakukan dengan hati-hati.

Virus RSV Masih Mengintai

"Ini didasarkan pada perhitungan model komputer. Apakah itu akan cocok dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata tidak dapat disimpulkan. Protein pengikat itu penting, tetapi itu hanya salah satu dari banyak hal yang diselidiki. Mungkin ada protein lain yang terlibat," kata peneliti tersebut.

Para pakar meyakini bahwa jenis baru virus tersebut adalah virus RNA, yang berarti kecepatan mutasinya 100 kali lebih cepat daripada virus DNA seperti cacar. Sementara itu, para ilmuwan di Universitas Peking juga mengklaim bahwa virus mematikan itu ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui ular, yang dijual di pasar terbuka di Wuhan.

Lihat penjelasan terkait gejala virus corona dalam video di bawah ini.

>
Prof. Dr. dr. Irma Bernadette S. Sitohang, Sp. D.V.E., Subsp. D.K.E., FINSDV, FA

Hari Ibu: Peneliti Wanita Indonesia Jadi Dokter Pertama Raih NAOS Ecobiology International Award di Prancis

Indonesia diwakili oleh Prof. Dr. dr. Irma Bernadette S. Sitohang, Sp. D.V.E., Subsp. D.K.E., FINSDV, FAADV. Dia terpilih sebagai pemenang penerima penghargaan NAOS.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024