Dilanda Banjir dan Longsor, Depok Berlakukan Status Tanggap Darurat
- VIVAnews/Zahrul Darmawan
VIVA – Wali Kota Depok, Mohammad Idris menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, longsor dan angin kencang selama 14 hari kedepan. Dan segala biaya yang timbul akibat peristiwa bencana itu akan dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah atau APBD 2020.
Dalam surat keputusannya itu Idris menjelaskan, penerapan status tanggap darurat bencana ini dikeluarkan berdasarkan laporan dan hasil pengkajian cepat atas sejumlah peristiwa terjadinya banjir, tanah longsor dan angin kencang yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda dan rusaknya infrastruktur pada Rabu 1 Januari 2020.
"Status ini berlaku dengan jangka waktu selama 14 hari sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 14 Januari 2020," katanya pada Kamis 2 Januari 2020.
Kemudian, ia menunjuk Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, Gandara Budiana sebagai Komandan Tanggap Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor, dan Angin Kencang di Kota Depok dan segera berkoordiansi dengan sejumlah pihak terkait. "Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna menegaskan pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menanggulangi persoalan banjir dan longsor yang terjadi nyaris merata di sejumlah kecamatan di Kota Depok, Kemarin.
"Dari hasil penelusuran kami, banjir hampir merata di 11 kecamatan. Jumlah pastinya belum saya terima secara detail, yang jelas ada beberapa lokasi yang cukup parah," katanya
Adapun beberapa lokasi yang cukup parah diterjang banjir itu adalah, wilayah Pasir Putih, Cinere, Cimanggis, Pancoran Mas, bantaran Ciliwung, Ratu Jaya dan Sukmajaya.
Terkait hal itu Pradi pun memastikan pihaknya telah menyiapkan alokasi anggaran khusus tanggap bencana untuk membantu memberikan kebutuhan logistik dan obat-obatan pada warga yang terdampak banjir.
"Kami juga sudah mengerahkan personil dari Damkar, Satpol-PP, Dinas Rumkin, Dinkes, Dinsos dan PUPR untuk menghadapi persoalan ini," ujarnya.
Foto: Banjir yang merendam pemukiman di Depok, Jawa Barat
Berdasarkan data yang dihimpun VIVAnews, beberapa wilayah di Kota Depok yang hingga kini masih terendam banjir diantaranya, di Perumahan Graha Studio Alam, kemudian di kawasan Cilodong dan di Pasir Putih. Sebanyak 200 Kepala Keluarga (KK) bahkan terpaksa mengungsi akibat musibah itu.
Khusus di Perumahan Graha Studio Alam, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Sukmajaya, banjir sempat merendam sekira 300 rumah dengan ketinggian saat itu mencapai sekira satu meter pada Rabu, 1 Januari 2020. Akibatnya, sebanyak 75 persen warga sekitar terpaksa mengungsi ke rumah kerabat terdekat.
"Yang ngungsi banyak, hampir semua yang kebanjiran disini ngungsi. Kurang lebih ada 200 KK yang ngungsi karena rumahnya terendam. Ngungsinya ke rumah keluarga terdekat," kata Yuli, istri Ketua RT setempat.
Yuli mengungkapkan, banjir diduga terjadi bukan hanya karena hujan deras yang cukup lama, namun karena tidak adanya tanggul antara aliran kali dengan pemukiman warga sekitar.
"Disini tadinya memang langganan banjir, tapi sejak dibantu pompa oleh Pemkot Depok banjir jadi sudah mulai jarang. Tapi sejak tembok tanggul dibongkar menjadi pagar buat taman Cilodong, air kali jadi ngelos,” bebernya