Jadi Transit Kejahatan Termasuk Terorisme, Depok Perketat Keamanan
- VIVAnews/Zahrul Darmawan
VIVA – Pemerintah Kota Depok bakal memperketat keamanan keluar-masuknya orang dan pendataan penduduk menyusul penangkapan kembali terduga teroris di kota itu pada Rabu, 13 November 2019.
Wali Kota Depok Mohammad Idris mengaku terpaksa memberlakukan kebijakan tegas itu karena selama ini wilayahnya kerap terjadi penggerebekan orang-orang yang terkait terorisme atau tindak kejahatan lainnya.
“Karena Depok bisa dibilang bisa dimanfaatkan untuk transit orang-orang yang melakukan kejahatan,” katanya pada wartawan.
Idris akan menginstruksikan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah dan Imigrasi. Juga mengawasi rumah-rumah kontrakan. Pengetatan pengamanan bukan hanya karena peristiwa bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan.
Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya mengonfirmasi kabar seorang terduga teroris berinisial WJS dibekuk oleh tim Densus 88 Antiteror Polri pada Rabu. Pria yang disebut asal Rambang, Jawa Tengah, itu dicokok di kompleks SDIT Izzati dan masih diperiksa intensif oleh Densus 88.
WJS pernah menjadi pelatih di Moro, Filipina, tahun 1999. Dia merupakan angkatan pertama sampai 2001-2002, dan memiliki keahlian militer membuat bom serta perakit senjata.
Dia juga pernah ke Suriah tahun 2012 bersama ASKARI dengan tujuan menjalin hubungan dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA). Dia melakukan perjalanan ke beberapa negara pada periode tahun 2012-2013 antara lain Thailand, Vietnam, Qatar, Singapura, Filipina, Uni Emirat Arab, Sri Lanka, dan Hong Kong. (ren)
Alamat terakhirnya di Perumahan Bukit Mampang Residence Utara,Keamatan Limo, Depok. Setelah dia ditangkap, Densus menggeledah rumahnya itu dan menyita beberapa barang bukti, di antaranya bendera ISIS dan buku bermuatan radikal. (ren)