Sekjen PA 212 Ajukan Penangguhan Penahanan, Polisi: Silakan Saja
- VIVAnews / Bayu Nugraha
VIVA – Polisi tak mempermasalahkan pengajuan penangguhan penahanan oleh Sekretaris Jenderal Persaudaran Alumni (Sekjen PA) 212 Bernard Abdul Jabbar, dalam kasus dugaan penculikan dan penganiayaan terhadap pegiat media sosial, Ninoy Karundeng.
Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono, penangguhan penahanan adalah hak tersangka. Lantaran itu, Bernard dipersilakan jika mengajukannya.
"Namanya penangguhan itu hak dari pada tersangka, keluarga tersangka ya. Itu silakan saja mengajukan penangguhan penahanan," katanya saat dikonfirmasi wartawan, Jumat, 11 Oktober 2019.
Namun bukan berarti polisi akan langsung mengabulkannnya. Menurut Argo hal itu harus dipertimbangkan dulu oleh penyidik. Alasan Bernard mengajukan penangguhan penahanan karena sakit yang diderita.
Sejauh ini, menurut Argo, kondisi Bernard di dalam Rumah Tahanan Polda Metro Jaya sehat. "Semuanya sehat di tahanan Polda Metro Jaya yang tersangka BD (Bernard)," katanya.
Untuk diketahui, anggota tim hukum FPI, Azis Yanuar mengatakan Sekretaris Jenderal Persaudaran Alumni (Sekjen PA) 212 Bernard Abdul Jabbar mengajukan penangguhan penahanan Rabu, 9 Okotober 2019. Dalam pengajuan penangguhan penahanan ini, turut disertakan bukti yang menerangkan bahwa Bernard dalam kondisi sakit.
Bahkan Bernard agak pincang dan agak sulit untuk berbicara. Pihaknya takut jika penahanan dilanjutkan akan membuat kondisi Bernard semakin buruk. Penyakit yang diderita adalah stroke dan diabetes.
Sebelumnya, sebuah video menampilkan pegiat media sosial dan pendukung Presiden Joko Widodo yakni Ninoy Karundeng, dengan wajah lebam tersebar luas. Dalam video itu, Ninoy diduga sedang diinterogasi oleh sejumlah pria dalam sebuah ruangan.
Sementara itu, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Falaah, Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, membantah bahwa Ninoy telah disekap dan dianiaya dalam salah satu ruangan bawah masjid.
Pengurus DKM Al Falaah, Iskandar, mengaku memang mengetahui bahwa Ninoy dianiaya oleh banyak orang di depan pagar masjid. Namun, dia menegaskan, saat terjadi penganiayaan tersebut, pengurus DKM langsung memasukkan Ninoy ke ruang bawah masjid untuk diamankan dan diurus oleh paramedis.