Jumlah Permakaman di Jakarta Naik Pesat, Sebagian Sampai Ditolak
- abc
Menurut penuturan seorang warga, penolakan tersebut lantaran warga resah dengan rencana pemakaman warga yang terinfeksi COVID-19.
External Link: Twitter Penolakan Banyumas
Minggu malam (05/04), warga Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menolak pemakaman warga yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Walaupun sempat dimediasi, warga tetap menolak pemakaman jenazah positif COVID-19 itu. Padahal liang lahat untuk pemakaman telah disiapkan.
Mediasi yang gagal akhirnya membawa jenazah pasien positif COVID-19 itu dimakamkan di kecamatan lain, yakni Kecamatan Klari.
"Saya juga mengikuti berita-berita penolakan itu dan bisa membayangkan kesedihan keluarga," kata Leonita, putri mendiang dr Bambang Sutrisna.
"Kehilangan keluarga saja sudah menyakitkan, apalagi kalau harus berhadapan dengan penolakan seperti itu ya," tambahnya.
Apalagi, menurut Leonita, sesuai protokol COVID-19, keluarga tidak diperkenankan menunggui pasien di ruang isolasi, tidak bisa melihat wajah atau memeluk orang yang dicintainya untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan.
"Saya sadar masyarakat kita juga mungkin terbatas pengetahuannya, jadi harapan saya pemerintah bisa memberi pemahaman bagi masyarakat luas soal [pemakaman] ini," ucap Leonita.
Jumlah kematian bisa mencapai 1,2 juta orang
Senin lalu (06/04), Tim SimcovID yang terdiri dari sejumlah universitas dalam dan luar negeri telah meluncurkan pemodelan terbaru yang mensimulasikan COVID-19 di Indonesia.
Permodelan Baru COVID19
- Anggota Tim SimcovID: Institut Teknologi Bandung, University of Essex, University of Oxford, Khalifa University, University of Southern Denmark, Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana
- Pemodelan menjelaskan tiga skenario jumlah kematian, durasi epidemi, puncak kasus aktif, dan puncak kebutuhan ruang intensive care unit (ICU).
"Sebenarnya apa yang dilakukan sekarang itu sudah masuk ke mitigasi yang "mild" [dengan diam di rumah dan social distancing]," kata Nuning Nuraini, peneliti ITB yang tergabung dalam Tim SimcovID kepada Hellena Souisa dari ABC News.