Tampilannya Laki-laki, Gadis 19 Tahun Ajukan Permohonan Ganti Kelamin
- Pixabay/3dman_eu
VIVA – 'Terjebak' di tubuh yang salah. Mungkin itulah yang dirasakan oleh seorang perempuan berusia 19 tahun asal Surabaya. Perempuan yang dirahasiakan identitasnya itu selama ini diketahui berjenis kelamin perempuan. Tapi ternyata, ia terlahir dengan kelamin ganda yang telah dibuktikan dari hasil pemeriksaan medik.
Makin umurnya bertambah, kromosom laki-laki dalam tubuh perempuan tersebut menjadi lebih dominan. Dalam pemeriksaan diketahui, secara medik kelamin perempuannya sudah tidak berkembang karena sudah dimatikan sesuai keinginannya. Hal itu memengaruhi bentuk fisiknya yang lebih menyerupai laki-laki.
Merasa lebih nyaman menjadi seorang laki-laki dan dikelilingi oleh teman-teman yang kebanyakan laki-laki, perempuan itu pun mengajukan permohonan ganti identitas kelamin. Hal tersebut dibenarkan oleh Juru bicara Pengadilan Negeri Surabaya, Sigit Sutriono, "Benar, ada pengajuan ganti identitas, dari perempuan ke laki-laki," ujar Sigit yang juga tergabung sebagai hakim dalam perkara tersebut, dikutip dari VIVAnews.
Sigit memaparkan, tampilan perempuan tersebut sudah seperti laki-laki. Terkait permohonannya, sidang baru dilakukan sehari, karena pemohon belum siap. "Baru sidang sekali. Kita tunda karena pemohon belum siap. Rabu pekan depan (30 Oktober 2019 sidang digelar lagi)," ujar Sigit.
Meski jarang terekspos, perkara ganti kelamin bukan hal baru di Indonesia. Adalah Vivian Rubianti yang merupakan pelaku transeksual pertama di Tanah Air. Vivian yang terlahir sebagai laki-laki, melakukan operasi berganti kelamin di Singapura pada tahun 1973. Ia telah mensahkan identitas barunya sebagai perempuan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat-Selatan.
Lalu ada pula public figure, Dorce Gamalama. Terlahir sebagai Dedi Yuliardi Ashadi, pada tahun 1983 di RS Dr Sutomo, Surabaya, ia melakukan operasi berganti kelamin. Melalui Pengadilan Negeri Surabaya, Dorce secara resmi diakui sebagai perempuan.
Komnas HAM Sebut Sejumlah Kasus Kandidat Pilkada Berujar Seksis dan Rendahkan Perempuan
Komnas HAM menyoroti ujaran bernada merendahkan perempuan yang terjadi selama Pilkada 2024 karena dinilai tidak selaras dengan prinsip pilkada ramah HAM.
