Eep Saefullah Fatah: Jangan Jadi Gubernur Kalau Tak Mau Dibully
- Antara/ Yudhi Mahatma
VIVA – Founder dan chief executive officer PolMark Indonesia, Eep Saefullah Fatah menganggap bully terhadap pemimpin sebagai hal wajar dan biasa. Hal tersebut menjadi bagian kritik untuk membangun.
"Kalau enggak mau di-bully, jangan mau jadi gubernur," kata Eep, saat diskusi ILC dengan tema Anies Baswedan di Pusaran Bully, Selasa 13 Agustus 2019.
Menurut Eep, ada dua kategori gubernur. Gubernur biasa dan gubernur luar biasa. Untuk menjadi gubernur biasa, kata dia, merupakan hal yang mudah. Tinggal membuat hal hal yang bombastis, monumental, sehingga terlihat megah dan mudah dipersentasikan.
Menjadi gubernur luar biasa ini yang menjadi sulit, karena gubernur tersebut harus memperjuangkan generasi selanjutnya. Meningkatkan kualitas hidup warganya dan ini tidak mudah, tidak bisa bombastis.
"Apakah Anies sudah berproses jadi gubernur luar biasa? Saya harus jujur, belum," jelasnya.
Menurutnya, ada empat standar bagi gubernur DKI Jakarta. Pertama harus menjadi pemersatu. "Kalau bukan pemersatu bahaya, bukan hanya Jakarta tapi Indonesia," ucapnya.Â
Kedua, harus layak diteladani. Ia menganalogikan Jakarta seperti aquarium, di mana semua gerak gerik si ikan dan isinya dapat dilihat langsung oleh semua rakyat Indonesia.Â
Ketiga, Gubernur DKI harus memihak rakyat. "Pemberontakan warga tidak akan terasa langsung. Pemberontakan warga akan terlihat saat pemilihan," ungkapnya.
Keempat, Gubernur Jakarta harus menjadi pemberi solusi bagi rakyat dan daerah lainnya. Yaitu dengan merealisasikan janji kampanye.
"Kalau empat standar didekati Anies, baru gubernur luar biasa. Kita tak bisa menilai Anies sebelum tuntas kerjanya," ujar Eep. (asp)