Banyak Pintu Darurat Rusak, Warga Kalibata City Terjebak Saat Gempa

Warga Kalibata City menyelamatkan diri saat terjadi gempa Banten.
Sumber :
  • istimewa/ Sandi Edison

VIVA – Gempa dengan magnitudo 6,9 yang terjadi di Banten pada pukul 19.03 WIB, Jumat, 2 Agustus 2019, ikut dirasakan warga yang tinggal di kompleks mega-rusun Kalibata City di Jakarta Selatan. Warga setempat panik dan berhamburan keluar dari unit rusun mereka.

Daftar Daerah di Indonesia yang Bakal Diguyur Hujan Hari Ini

Goyangan akibat gempa bumi itu disampaikan warga sebagai yang paling keras dari beberapa kali gempa yang pernah dirasakan selama ini. Namun, yang amat disesalkan oleh warga adalah banyaknya fasilitas darurat yang tidak berfungsi dengan semestinya.

"Tadi pintu darurat di lantai dasar tidak bisa dibuka dari dalam, sehingga banyak warga yang terjebak tidak bisa keluar. Kami panik! Untungnya ada warga di lantai 2 yang membukakan pintu sehingga kami naik kembali, lalu turun melalui lift. Bagaimana kalau kejadian kebakaran? Apa tidak sangat berbahaya itu?" ujar Rudy, seorang warga tower Nusa Indah.

Prakiraan Cuaca Sebagian Kota di Jawa: Jakarta hingga Bandung Berpotensi Hujan Petir

Tercatat di tower-tower lain juga banyak pintu darurat yang tidak bisa dibuka. Warga melaporkan bahwa itu terjadi antara lain di Tower Cendana, Damar, Flamboyan dan Nusa Indah. Warga juga menyesalkan soal ketidaksiapan petugas keamanan dan pengelola rusun.

"Pengelola selama ini membanggakan adanya TSO atau Tenant Safety Officer. Katanya untuk keselamatan warga. Ternyata mereka sama sekali tak membantu evakuasi, tapi hanya menunggu di lantai bawah," ujar Andika, seorang warga tower Palem.

Fenomena Aneh Benda Putih Mengambang dari Langit di Kalteng, Begini Penjelasan BMKG

Keluhan lainnya adalah alarm peringatan yang sama sekali tak terdengar di banyak tower, atau terdengar amat terlambat setelah warga sudah lama keluar dari unit mereka. Selain itu, informasi darurat juga tidak didengar oleh warga. 

"Kalibata City memiliki 13.500 unit hunian. Saat ini mungkin ada lebih dari 30.000 orang yang tinggal di sini. Jika terjadi musibah, korbannya bisa besar. Oleh karena itu kejadian tadi membuktikan bahwa pengelola Kalibata City amat tidak memadai dalam tanggap bencana," ujar Sandi Edison, ketua Komunitas Warga Kalibata City.

"Apabila nanti P3SRS warga terbentuk, maka pengelola profesional yang akan ditunjuk oleh warga harus mempersiapkan peralatan dan personel tanggap darurat yang benar-benar sigap dan profesional. Kami tak ingin ada korban jatuh." lanjut penghuni Kalibata City itu. (ren)

Ilustrasi/Cuaca berawan yang menyelimuti sejumlah wilayah di Jakarta

Biar Tak Hujan saat ke TPS, Pemprov Jakarta Siapkan Rekayasa Cuaca di Hari Pilkada

Rekayasa cuaca akan menjadi bagian penting dalam mitigasi risiko cuaca ekstrem yang dapat mengganggu mobilitas masyarakat menuju tempat pemungutan suara (TPS).

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024