Tampung Banyak Pencari Suaka, Pemprov Jakarta Bikin Tata Tertib
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Adanya pencari suaka di beberapa wilayah di Jakarta membuat sejumlah warga tidak nyaman. Warga mengkhawatirkan keamanan mereka terganggu atas kehadiran para pencari suaka tersebut.
Guna mengatasi kekhawatiran warga ini, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbanpol) Provinsi DKI Jakarta, Taufan Bakri mengatakan akan membuat tata tertib khusus bagi para pencari suaka di ibu kota. Pemprov tengah bekerja sama dengan pihak UNHCR dan keimigrasian untuk menyusun tata tertib itu.
"Kita bersama UNHCR imigrasi akan membuat tatib di lingkungan itu bahwa pertama mungkin penghematan kalau menggunakan air, Kedua dia enggak boleh pergi-pergi kalau sudah jam 22.00 WIB," kata Taufan kepada wartawan, Rabu 17 Juli 2019.
Taufan memahami keresahan warga dengan adanya pencari suaka. Pertama, dari postur tubuh terlihat lebih besar dan kondisi lainnya yang membuat warga sedikit tidak nyaman dengan para pencari suaka.
Saat ini masih tengah didiskusikan lagi poin yang akan dimasukkan dalam tata tertib untuk para pencari suaka tersebut. Sebab menurut Taufan dalam membuat aturan tidak bisa sembarangan.
Para pencari suaka ini dilindungi oleh aturan internasional, sehingga harus melibatkan UNHCR dalam pembuatan aturan. Taufan berharap warga Ibu kota dapat memaklumi dengan adanya para pencari suaka ini.
"Jadi jika tatibnya banyak nanti. Kalau kurang sehat hubungi kesehatan, Ada banyak, nanti kita rumuskan. Kan ga boleh kita yang merumuskan sendiri, mesti ada UNHCR karena mereka kan dilindungkan oleh hukum internasional," ujarnya.
Sementara itu Pemerintah Provinsi DKI juga menyediakan air bersih sebanyak empat tangki atau sekitar 20 ribu liter setiap hari untuk para pengungsi pencari suaka yang ditampung di gedung eks-Kodim di Kalideres, Jakarta Barat. Menurut Staf Dinas Lingkungan Hidup DKI, Yarto, penyediaan air bersih sebanyak itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengungsi yang jumlahnya bertambah. "Jika ditotal, 20 ribu liter per hari. Sebelumnya hanya tiga tangki saja," ujar Yarto melalui keterangan tertulis.
Yarto menyampaikan, sepekan setelah evakuasi pengungsi dari trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, jumlah mereka bertambah dari sebelumnya 1.200-an jiwa, menjadi mencapai 1.300 jiwa. Para pengungsi berasal dari 12 negara yang sedang mengalami konflik di Afrika, juga Timur Tengah. "Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih intens memberikan bantuan kepada mereka," ujarnya.
Yarto juga mengemukakan, DKI melayani kebutuhan-kebutuhan dasar pengungsi seperti toilet portabel, penyediaan tenda, hingga membuat lingkungan gedung menjadi lebih nyaman. DKI berharap UNHCR, lembaga PBB yang mengurusi pengungsi, segera melakukan langkah tindak lanjut untuk mereka.