10 Tahun ke Depan, MRT Ditargetkan Miliki Panjang Jalur 230 Kilometer

Rangkaian kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus-Bundaran HI melintas di Stasiun Fatmawati, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Moda transportasi Mass Rapid Transit atau MRT rencananya akan dikembangkan menyeluruh di Jabodetabek. Ditargetkan, dalam 10 tahun ke depan, MRT akan memiliki panjang jalur mencapai 230 kilometer.

Ini Alasan Gibran Langsung Blusukan di Jakarta Usai Dilantik Jadi Wapres

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William P Sabandar, menjelaskan, target pembangunan jalur MRT sepanjang 230 km itu merupakan rencana jangka panjang. Target tersebut akan tercapai jika pembangunannya menggunakan pendekatan paralel. Artinya, MRT akan dibangun secara bertahap dan berkelanjutan.

"Karena ada MRT line 1 sampai line 10 untuk 230 km. Itu sedang kita dibantu konsultan Jepang. Kemudian mendesain, keluar angka untuk Jakarta 230 km," ujar William di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 26 Juni 2019.

Netizen Geram Olahraga Pound Fit Digelar di Stasiun MRT, Manajemen Akhirnya Buka Suara!

Menurut William, jika pembangunan menggunakan pendekatan linier maka target tersebut tak akan tercapai. Hal yang sama juga jika pembangunan menggunakan pendekatan dengan pemerintah layaknya pembangunan MRT fase 1 dan fase 2.

Lebih lanjut, William menuturkan MRT Jakarta nantinya akan mencontek cara pembangunan MRT di New Delhi, India. Di mana dalam proses pembangunannya dari pemberi pinjaman langsung ke operator MRT.

Gibran Cek Proyek MRT Fase 2 Bareng Teguh Setyabudi dan Menhub Dudy, Ingatkan Ketepatan Waktu

"Berdasarkan perhitungan awal, untuk membangun jalur MRT di Jakarta dan sekitarnya membutuhkan dana sekitar Rp250 triliun," katanya.

Untuk dana tersebut ke depannya MRT Jakarta tidak lagi menggunakan pinjaman bertahap dari Japan Internasional Cooperation Agency (JICA). Dengan begitu pihak MRT Jakarta tidak lagi diharuskan menggunakan kontraktor Jepang dan komponen bangunan dari Jepang.

Pembangunan jalur MRT 230 km itu nantinya akan berasal dari pinjaman, kemudian suntikan ekuitas dari pemerintah dan sisanya dari hasil pembangunan dan pengelolaan Transit Oriented Development (TOD) di stasiun-stasiun MRT.

"Kita ambil pinjamannya saja dengan jumlah tertentu. Kita tidak ambil 100 persen. Sebagian dari pemerintah, sebagian dari pengembangan TOD," katanya.

Menurutnya saat ini sudah ada dua pihak pemberi pinjaman yang sudah bertemu dengan MRT Jakarta, yakni Asian Development Bank (ADB) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Pihak MRT sendiri membuka peluang untuk pihak pemberi pinjaman lainnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya