Geger Golok Jawara Betawi di Depok, Ukurannya Segede Gaban
- VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – Golok menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki masyarakat Betawi. Tak hanya digunakan sebagai alat pelindung diri dan perkakas, golok juga berperan penting sebagai simbol status sosial.
Lantas, bagaimana jika golok tersebut berukuran besar bak raksasa?
Adalah Mat Roji, salah satu pengrajin golok di Kampung Krukut, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat, yang berhasil membuat senjata tajam tersebut dengan ukuran fantastis.
Golok sepanjang lebih dari empat meter dan berat sekira 200 kilo gram itu berhasil dibuat Mat Roji dan sang adik, Junaedi. Dibantu sanggar Jalan Tangan Betawi Muda atau (JBTM), mereka menyelesaikan pembuatannya dalam waktu tak lebih dari dua minggu.
Di temui di sela-sela kesibukannya, Mat Roji mengaku ide pembuatan golok tersebut berasal dari salah seorang pembina Festival Palang Pintu Kemang, Jakarta Selatan, yakni Edi Mulyadi Murtado.
“Ini tujuannya untuk dihadirkan di Festival Palang Pintu Kemang. Awal perkiraan dibuat dua bulan ternyata dua minggu bisa selesai. Golok ini panjangnya 455 sentimeter atau empat meter, beratnya diperkirakan 200 kilo, atau dua kuintal,” katanya pada wartawan, Kamis 4 April 2019.
Jenis golok yang dibuat, kata Mat Roji, adalah jenis Sorenan yang biasa dipakai oleh para Jawara Betawi. Biasanya, golok tersebut melekat di pinggang sang jawara.
Pria yang akrab disapa Roji ini mengaku, sebelum memulai membuat, dia lebih dulu melakukan ritual khusus. “Kalau ritual paling kita kirim doa buat almarhum orangtua dan leluhur. Kesulitan buat ini dibahan bakunya, seperti kayunya,” kata dia
Bahan yang digunakan untuk membuat senjata asli Betawi itu, lanjut Roji, adalah kayu Duren untuk bagian sarung dan gagang menggunakan kayu Sono Kembang. “Kalau besinya kita pakai besi galpanis, setebal 3 mili dengan panjang 350 senti meter,” katanya.
Warisan leluhur
Roji mengaku dia telah bergelut sebagai pengrajin golok Betawi sejak tahun 1987 silam. Kala itu, ia terinspirasi sang ayah. “Almarhum yang menginspirasi saya. Awalny,a saya dulu bikin golok buat diri sendiri, lama-lama jadi hobi," katanya.
Khusus untuk golok Betawi, lanjut Roji, ada beberapa perbedaan. Di antaranya, terdapat ikatan dalam bilangan ganjil pada bagian sarung. “Di bagian sarung itu biasanya ada ikatan, nah bilangannya ganjil sesuai dengan rukun Islam,” ujarnya.
Roji pun mengaku bersyukur sekaligus bangga, lantaran dipercaya membuat golok untuk dipamerkan pada ajang Festival Palang Pintu Kemang, Jakarta. “Rencana sebelum dibawa ke Jakarta, mau kita tampilkan juga di ulang tahun Depok,” katanya.
Sementara itu, penggagas pembuatan golok raksasa, Edi Mulyadi Murtado mengatakan, ide itu muncul karena dirinya ingin mengangkat kultur budaya Betawi agar dapat lebih dikenal di tengah masyarakat.
“Idenya berangkat dari budaya yang harus kita berikan. Kita cari apa yang bisa diangkat buat budaya, buat kenangan. Akhirnya, kita perhatikan banyak komunitas golok maka kenapa enggak kita buat golok agar bisa dirasakan langsung. Kita mencoba memberikan karya yang terbaik,” katanya
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Manggar Kelape ini, mengatakan golok itu dipersembahkan untuk masyarakat Betawi sebagai identitas budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. (asp)