Canggihnya Teknologi Insinerasi Sampah Finlandia di ITF Sunter
- VIVA/Adin Rachmani
VIVA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memulai pembangunan tempat pengelolaan sampah modern, Intermediate Treatment Facility (ITF) di kawasan Sunter, Jakarta Utara. PT Jakarta Propertindo (JakPro) yang ditunjuk Pemprov DKI sebagai pelaksana proyek ini, akan bekerjasama dengan Fortum Finlandia sebagai mitra strategis pembangunan fasilitas pengelolaan sampah ITF Sunter.
Tentunya, dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan yang telah terverifikasi, baik, serta banyak digunakan di negara-negara Eropa dan Asia, seperti Finlandia, Singapura, Jepang, China dan negara-negara besar lainnya. Teknologi pengolahan sampah yang diaplikasikan di ITF Sunter ini memenuhi standar emisi Eropa.
"Karena itu, jangan sampai kita membangun sesuatu di 2018 dengan standar yang tertinggal dari tempat lain. Pada soal lingkungan hidup, kita harus meninggikan standar kita. Karena kita bicara tentang anak cucu kita, jangan sampai kita mengelola lingkungan kita dengan standar yang menurut kita nyaman, tapi anak cucu kita menengok dengan yang rendah," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Kawasan Sunter, Jakarta Utara, Kamis, 20 Desember 2018.
Selain itu, sistem pengolahan gas sisa di ITF Sunter telah dirancang sesuai ketentuan Uni Eropa yang mengacu baku mutu dari European Parliament and The Council Directive No. 2010/75/EU Annex VI. Diketahui, ketentuan Uni Eropa menerapkan baku mutu emisi yang lebih ketat dibandingkan aturan di Indonesia
Selain memiliki teknologi yang tinggi dalam pengolahan sampah, kapasitas ITF Sunter ini mencapai 2.200 ton/hari atau 726.000 ton per tahun dengan teknologi termal, sehingga residunya berupa abu hanya 20 persen dari total sampah yang diolah dan mereduksi volume sampah 80 persen hingga 90 persen, yang mampu mengkonversi energi termal menjadi energi listrik sebesar 35 Megawatt per jam.
"Tentu, jumlahnya tidak mungkin bisa men-cover seluruh kebutuhan listrik Jakarta. Kapasitas produksinya dalam catatan adalah 35 Megawatt Per jam. Dan ini dari sisi jumlah tidak besar, tapi yang pasti tidak ada energi yang tersisa, semua terkonversi dengan baik. Meskipun demikian, tujuan utama ITF memang bukan untuk menjadi generator listrik, tapi ini utamanya adalah mengelola sampah secara habis," terang Anies.
Sebelumnya Anies mengatakan, DKI Jakarta selama ini merupakan salah satu kota penghasil sampah yang paling produktif. Setiap hari DKI mengirimkan 7.000 ton sampah ke TPST Bantargebang. Pada akhir tahun ini, sampah di TPST Bantargebang menembus 80 persen kapasitas maksimumnya.
Tumpukan sampah TPST Bantargebang sudah mencapai 30 meter, setinggi kaki Patung Pancoran. Diperkirakan tiga tahun lagi Bantargebang penuh dan tidak bisa menerima sampah dari Jakarta lagi. Dengan adanya ITF Sunter, nantinya bisa mengolah 2.200 ton sampah per hari. Artinya mengurangi seperempat beban sampah DKI ke TPST Bantargebang.
Diketahui, Proyek ITF ini ditargetkan selesai tiga tahun mendatang atau tahun 2021 dengan menelan biaya Rp3 triliun. Proyek ini juga diperkuat dengan Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. (mus)
  Â