Sempat Trauma Usai Dianiaya, Adik Mantan Pesepakbola Timnas Membaik
- VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – Kondisi siswa SMK di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Robert Wanggai, adik kandung mantan pesepakbola timnas Indonesia, Imanuel Wanggai, perlahan mulai membaik. Namun, remaja 16 tahun ini masih terbaring lemah dan harus dibantu selang khusus untuk mengonsumsi makanan dan minuman.
“Kondisinya sudah jauh lebih baik, tapi masih menggunakan selang untuk makan dan minum. Dia juga sudah bisa diajak ngobrol,” kata Bobbi, kakak sepupu korban, saat dikonfirmasi wartawan, Selasa, 21 Agustus 2018.
Bobbi mengemukakan setelah kejadian itu korban diancam agar tak menceritakannya kepada siapa pun. Lantaran takut, remaja yang tinggal di kawasan Beji, Depok ini sempat memilih bungkam saat ditanya keluarga soal sederet luka yang dialaminya itu.
Korban hanya meringis kesakitan hingga akhirnya mengungkapkan kejadian itu kepada ibunya. “Adik saya itu sempat bilang sama mamahnya, tapi dia mohon jangan didatangi karena takut bakal digituin (dipukulin) lagi. Dia trauma banget," ujar Bobbi saat ditemui awak media di Rumah
Sakit Graha Permata Ibu, Beji Depok, Senin, 20 Agustus 2018.
Akibat kejadian itu, Robert mengalami luka serius pada bagian organ dalam tubuhnya. Dari hasil rekam medis menyebutkan, limpa korban pecah akibat dugaan penganiayaan.
Aksi kekerasan yang berlangsung di sekolah tersebut diyakini telah menjadi tradisi bagi siswa baru. Bahkan, saat penganiayaan itu terjadi, Robert bukan korban satu-satunya. “Salah satu dari mereka (pelaku) bilang ke adik saya, lo enggak usah aneh-aneh, gue juga dulu diginiin. Ya adik saya enggak bisa apa-apa,” kata Bobbi.
Bobbi mengungkapkan, nasib nahas yang dialami Robert terjadi pada Selasa, 14 Agustus 2018. Saat itu, korban yang sedang asyik menggambar di ruang kelas pada saat jam sekolah, tiba-tiba dipanggil oleh salah satu seniornya. Awalnya korban mengira dipanggil untuk mengikuti lomba menggambar.
“Sepupu saya dipanggil sama kakak kelasnya, dia kira mau disuruh ikut lomba kan posisinya mau 17 Agustus-an. Nah dia dibawa ke salah satu ruangan di lantai dua sekolah. Setelah itu ditunggu lah sama beberapa orang dan ditatarlah, di situ dipukulin, diinjak-injak,” katanya.
Menurut Bobi, sang adik disiksa oleh sejumlah orang yang diduga adalah kakak kelasnya sendiri. Ketika peristiwa itu terjadi, korban sempat melihat ada korban lain selain dia. “Sebelum dipukulin adik saya disuruh push up terus ditendang, diinjak. Mukanya memar dan yang paling parah itu di
bagian perut,” katanya.
Khawatir dengan kondisi tersebut, orangtua korban kemudian membawanya ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan rekam medis menyatakan, limpa korban mengalami pendarahan. “Kata dokter limpanya sudah pecah dan harus dioperasi. Sekarang adik saya masih terbaring lemah,” kata Bobi.
Atas kejadian ini, pihak keluarga pun tak tinggal diam. Mereka telah mengadukan kasusnya ke Polres Jakarta Selatan. “Kami sudah laporin ke polisi. Kami sudah maafin tapi kami harap ada keadilan. Pihak sekolah juga harus bertanggung jawab. Ini masalah serius jangan sampai ada
Robert-Robert yang lain.” (ase)