Persinyalan MRT Jakarta Pakai Sistem Beda dengan Jepang
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarok A
VIVA – Kepala Divisi Pemeliharaan PT MRT Jakarta Asep Solihin mengatakan, mass rapid transit atau MRT Jakarta menggunakan sistem persinyalan Communication-Based Train Control atau CBCT. Sistem tersebut belum digunakan di Jepang.
"Kami memang harus akui bahwa sistem perkeretaapiaan di Jepang itu salah satu yang terbaik di dunia. Tetapi, untuk operasinya sendiri, kami sebenarnya agak berbeda dengan di Jepang," ujar Asep di kantornya, Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu 18 April 2018.
Asep menjelaskan, Jepang menggunakan sistem persinyalan Automatic Train Protection (ATP) dan Automatic Train Operation (ATO). Meski dikembangkan juga oleh Jepang, CBTC telah terbukti menjadi sistem persinyalan yang baik untuk operasi kereta api di India dan Tiongkok.Â
Hal itu menjadi alasan, MRT Jakarta menggunakan sistem CBTC. "Kami anggap sistem CBTC sudah proven menjadi sistem yang baik untuk digunakan di sini," ujar Asep.
CBTC menggunakan perangkat VOBC atau vehicle on board controller dan wayside (perangkat di luar kereta) untuk saling berkomunikasi melalui radio. Penggunaan CBTC memungkinkan posisi kereta diketahui secara akurat dan lalu lintas kereta juga berlangsung secara efisien dan aman. Sebab, CBTC menggunakan pendeteksi bersolusi tinggi, juga komunikasi data dua arah berkapasitas tinggi.Â
Lebih lanjut, menurut Asep, aspek-aspek teknik sipil dari MRT Jakarta seperti stasiun, terowongan, jalan layang, hingga dipo, sepenuhnya menggunakan standar Jepang. Penyesuaian hanya dilakukan pada trek karena Indonesia juga sudah memiliki standar sendiri yang diatur undang-undang.
"Untuk aspek-aspek itu, kami ambil yang sesuai. Karena pada dasarnya, harus comply dengan standar Indonesia. Kalau tidak ada, kami gunakan standar Jepang," ujar Asep.
Dua underpass di daerah Mampang dan Matraman baru saja dibuka. Bagaimana reaksi warga Jakarta? Menilainya berguna atau bikin sengsara? Lihat di SUARA JAKARTA.