Kisah Bocah Bernama Anies Sandi dari Kampung Aquarium
- VIVA.co.id/ Foe Peace Simbolon
VIVA – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menghadiri acara peringatan dua tahun penggusuran Kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 14 April 2018.
Saat acara dimulai, Anies sempat tertawa gemas melihat tingkah bocah kecil yang mondar-mandir di depan panggung. Usai acara, Anies sempat menggendong bocah berusia 1 tahun 1 bulan itu.Â
Ternyata, nama bocah itu adalah Muhammad Anies Sandi. Anak itu merupakan anak keenam dari Supiyati.
Anies tak menyangka kalau bocah itu diberi nama dirinya dan nama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno. Ia sangat menghargai sekali hal itu.
"Ini sebuah kehormatan. Bagi saya, yang penting adalah anak ini suatu saat bisa seperti kita semua. Bisa sehat, sekolah itu yang penting. Dan mudah-mudahan ibu, nanti di masa tuanya mudah-mudahan dirawat yang baik ya," kata Anies di Kampung Aquarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 14 April 2018.
Anies pun sempat mendoakan anak itu. Dia berharap Asa, panggilan bocah tersebut, bisa segera memiliki rumah lagi.
Ia berjanji segera menyelesaikan pembangunan Kampung Aquarium yang sebelumnya digusur, pada masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.
"Insya Allah anak ini jadi tanda bahwa ia lahir di puing-puing, dan Insya Allah saat dia jadi balita, puing-puingnya jadi rumah. Dia bisa bermain di tempat ini, jadi tempat yang menyenangkan. Insya Allah ke depan dia bisa seperti yang lain," kata Anies.
Sementara itu, Supiyati, ibu Asa, mengaku mengagumi sosok Anies sejak menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan nama Anies-Sandi itu, ia berharap anaknya bisa membawa berkah bagi Kampung Aquarium.
"Inspirasi sama Pak Anies sejak dia jadi menteri. Dengan memakai nama Anies-Sandi, siapa tahu kampung saya bisa kembali lagi," ujar Supiyati.
Saat ditanya mengapa anaknya tak diberi nama Gubernur sebelum Anies, yakni Ahok. Supiyati menjawab, enggan memberi nama itu pada buah hatinya. Dia mengaku trauma mendengar nama itu. Sebab, ia masih ingat saat-saat tempat tinggalnya digusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masa Ahok. "Enggak mau lah. Trauma kampung saya digusur seenaknya gitu aja," katanya. (one)