Penyebab Cuaca Jakarta Lebih Panas dan Gerah
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Dalam beberapa hari cuaca di Jakarta dan kota-kota lain terasa lebih panas dari biasanya. Bahkan, meski matahari tak bersinar terik, tapi badan terasa lebih gerah. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Menurut Kepala Subdit Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Harry Tirto Djatmiko, cuaca panas yang terjadi di Jakarta dan beberapa wilayah lain seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, karena sedang ada peralihan cuaca.
"Fenomena cuaca panas dan terik merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian cuaca panas dan terik lebih sering terjadi pada bulan-bulan transisi atau pancaroba dan bulan-bulan puncak musim kemarau," ujar Harry, saat dihubungi VIVA, Senin, 2 April 2018.
Berdasarkan catatan BMKG, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Meliputi, gerak semu matahari yang saat ini berada di sekitar khatulistiwa dan gerak menuju ke belahan bumi utara atau sebaliknya.
"Sekitar tanggal 21 Maret sampai 23 September gerak matahari tepat di atas khatulistiwa. Sehingga pancaran sinar matahari dan radiasi matahari cukup optimum. Hal ini ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum berkisar antara 33.0 hingga 37.2 derajat celcius, masih dalam kisaran normal. Suhu maksimum yang pernah terjadi berdasarkan data klimatologis 30 tahun antara 34.0-37.5 derajat celcius," kata Harry.
Harry menjelaskan, dari pantauan BMKG, terlihat adanya aliran massa udara dingin dan relatif cukup lembap, yang bergerak dari Australia menuju wilayah Indonesia sebelah selatan khatulistiwa, terutama di sekitar Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Kondisi ini ditandai dengan adanya kelembapan udara yang mencapai 70-60 persen di ketinggian 3.000 m dan 5.000 m dari permukaan.
Dalam fenomena hujan lebat disertai kilat atau petir merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
"April ini mulai memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. BMKG mengimbau indikasi terjadinya hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang secara tiba-tiba dan berdurasi singkat," ujar Harry. (ase)
Laporan Gadis Neka Osika